Kamis 07 Feb 2019 18:13 WIB

Permainan Bisa Jadi Pemicu Motorik Anak Hiperaktif

Tahap pengujian pertama menguji daya tarik alat yang dibuat kepada anak-anak.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Pengujian alat pemicu sensor motorik anak ADHD di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Foto: Dokumen.
Pengujian alat pemicu sensor motorik anak ADHD di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan gangguan jangka panjang penyerang jutaan anak dengan gejala-gejala yang bisa berlangsung hingga dewasa. Siapa saja memiliki kemungkinan menderita kondisi tersebut.

ADHD mencakup tiga aspek gangguan mulai sulit memusatkan perhatian, hiperaktif, dan impulsivitas. Anak ADHD cenderung rendah diri, sulit berteman dan memiliki prestasi yang kurang memadai.

Masalah itu memerlukan terapi khusus yang terfokus kepada kekurangan setiap individu. Untuk menanganinya, diperlukan modifikasi perilaku dan kesediaan orang tua mengubah pola asuh mereka.

Perlu diketahui, ADHD tidak dapat disembuhkan, tapi dapat dikurangi gejalanya lewat terapi, obat, lingkungan, dan perubahan tingkah laku. Kondisi itu yang melatarbelakangi sejumlah mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Mereka membuat alat terapi sederhana berupa modifikasi sensor motorik kepada permainan sederhana. Permainan itu, selain menyenangkan, akan melatih kemampuan koordinasi dan keseimbangan anak ADHD.

Ada Deanira Mareta Vernelya dari Prodi Keolahragaan, Dzikrina Saras Kurnia dari Prodi PJKR, dan Firhan Dedy Pramudya dari Prodi Pendidikan Teknik Mesin. Menurut Deanira, ADHD itu kondisi medis yang mencakup disfungsi otak.

Saat seseorang mengalami kesulitan dalam mengendalikan impuls, akan menghambat perilaku dan tidak mendukung rentang perhatian. Jika terjadi, dapat menyebabkan berbagai kesulitan belajar, berperilaku, sosial dan kesulitan-kesulitan lain.

"Secara umum, ADHD adalah suatu kondisi ketika seseorang memperlihatkan gejala-gejala kurang konsentrasi, hiperaktif dan impulsif yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagian besar aktivitas," kata Deanira, Kamis (7/2).

Firhan menuturkan, perancangan desain alat dimulai dengan mengumpulkan dasar teori masing-masing komponen. Langkah berikutnya, membuat rancangan fisik yang bahan-bahannya mulai papan, bola mainan, LED, sensor IR dan kontrol elektronik.

Modifikasi sensor motorik dalam permainan sederhana untuk melatih kemampuan koordinasi dan kesabaran anak ADHD. Itu dirancang bekerja secara otomatis ketika sensor IR mendeteksi seseorang saat memegang bola.

Telapak tangan transparan dibuat untuk memudahkan pencahayaan dari LED. Sehingga, telapak tangan transparan akan memancarkan warna sesuai dengan LED yang menyala.

Ia menekankan, untuk menghindari tabrakan warna, dipasang sistem interlocking LED. Sehingga, hanya akan ada satu warna yang menyala, kecuali ketika ada dua anak yang memegang bola pada papan, karena maksimal warna juga ada dua.

"Artinya, jumlah warna LED yang boleh menyala menyesuaikan dengan jumlah anak yang ada di dalam papan bola," ujar Firhan.

Saras menambahkan, pengujian alat ini sudah dilakukan kepada salah satu ruangan di Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY. Pengujian ini dibutuhkan dalam menentukan secara pasti, tentang bagaimana alat itu dapat bekerja.

Pengujian terdiri dari beberapa tahap mulai pengujian desain alat, pengujian sensor dan sistem alat, serta pengujian alat secara langsung kepada anak ADHD. Tahap pengujian pertama menguji daya tarik alat yang dibuat kepada anak-anak.

"Bila anak-anak tertarik dengan desain yang warna-warni, maka pengujian pertama telah berhasil," kata Saras.

Tahapan pengujian kedua menguji sensor dan sistem alat untuk mengetahui sistem yang dirancang bekerja seara benar dan tidak menimbulkan kekacauan tampilan warna. Pengujian dini dilakukan dengan anak memegang bola yang miliki sensor.

Pengujian ini membutuhkan satu orang sebagai syarat mengetahui efektiitas sistem alat. Tahap pengujian terakhir menguji secara langsung kepada anak ADHD, dengan anak memegang bola yang sudah terdapat sensor lampur LED.

"Salah satu bola di dalam kotak akan menyala jika disentuh tangan dengan warna yang berasal dari pancaran LED, anak ADHD akan diminta mengikuti arah warna tersebut,"  ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement