Senin 03 Dec 2018 14:02 WIB

Menristekdikti Targetkan Publikasi Ilmiah Terbaik di ASEAN

Nasir optimistis jumlah publikasi ilmiah Indonesia bisa menggeser posisi Malaysia

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Esthi Maharani
Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menargetkan pada 2019 mendatang Indonesia menjadi leader di Asean dalam hal peningkatan jumlah publikasi ilmiah. Pada 2019 mendatang, Nasir optimistis jumlah publikasi ilmiah Indonesia bisa menggeser posisi Malaysia yang kini menduduki peringkat pertama.

Mengingat, per 28 November data dari Scopus menunjukan publikasi ilmiah internasional Indonesia sebanyak 24.883 jurnal, jauh diatas Singapura 19.767 jurnal dan Thailand 15.018 jurnal, angka ini terus meningkat meskipun saat ini publikasi ilmiah di jurnal international masih ditempati Malaysia.

“Jumlah publikasi Indonesia saat ini masih berada jauh di bawah Malaysia. Namun, kita optimis dapat mengejar ketertinggalan, bahkan bisa menjadi leader di Asean dalam hal publikasi,” kata Nasir melalui pesan tertulis, Ahad (2/12).

Cita-cita ini disebut tidak main-main karena Kemenristekdikti telah menyiapkan sejumlah langkah untuk mewujudkan hal tersebut. Langkah-langkah yang ditempuh antara lain dengan meningkatkan anggaran bidang riset agar bisa mendorong lahirnya publikasi yang semakin berkualitas. Ia menyebutkan dengan perbaikan sistem pada tahun 2017 jumlah publikasi Indonesia mampu melampaui Thailand dan Singapura.

Kemenristekdikti juga memiliki berbagai program untuk pembudayaan kewirausahaan dan peningkatan inovasi, baik di perguruan tinggi maupun di masyarakat yaitu melalui program Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi  (PPBT) dan Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT). Program ini merupakan pendanaan bibit yang diberikan kepada pemula melalui lembaga inkubator bisnis untuk menjalankan proses inkubasi terhadap perusahaan pemula sehingga siap untuk menjadi PPBT yang menguntungkan dan berkelanjutan.

"Melalui skema PPBT dan CPPBT, jumlah startup dan calon startup di Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya. Dari awalnya berjumlah 52 startup dan calon startup di tahun 2015 menjadi 956 di tahun 2018. Kita targetkan lebih dari 1000 di tahun 2019,” tutur Menristekdikti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement