Selasa 27 Nov 2018 02:07 WIB

Genteng Styrofoam Sabet Medali Emas Kompetisi iENA di Jerman

Selain ramah lingkungan dan relatif ekonomis, genteng E-FAST juga lebih ringan

Lima mahasiswa Undip menunjukkan hasil karya Genteng Styrofoam di Laboratorium Teknik Sipil Undip, kompleks kampus Undip Tembalang, Kota Semarang, Senin (26/11).
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Lima mahasiswa Undip menunjukkan hasil karya Genteng Styrofoam di Laboratorium Teknik Sipil Undip, kompleks kampus Undip Tembalang, Kota Semarang, Senin (26/11).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Bermula dari keprihatinan melihat produksi sampah Styrofoam yang melimpah di lingkungan kampus, lima mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) meraih sukses memenangi sebuah Kompetisi inovasi Internasional. Melalui karya Genteng Styrofoam, mereka menyabet medali emas pada ajang International Trade Fair of Ideas Inventions and New Product atau kompetisi tentang gagasan, penemuan serta Pameran produk Baru (iENA) 2018.

Kompetisi iENA yang diselenggarakan di kota Nuremberg, Jerman, tanggal 1 hingga 4  November 2018 tersebut, diikuti tak kurang dari 800 peneliti yang berasal dari 30 negara di dunia. Antara lain Jerman, Austria, Angola, Belgia, Bosnia-Herzegovina, China, Kolombia, Kongo, Kroasia, Mesir, Hongkong, Iran, Irak, Korea Selatan, Kuwait, Lebanon, Makau, Malaysia, Meksiko, Polandia, Rumania, Syria, Singapura, Swiss, Taiwan, Turki, Uni Emirat Arab, Inggris dan Amerika Serikat.

Uniknya, kendati temuan ini merupakan produk penunjang bidang konstruksi, ke-limanya –Yunnia Rahmandanni, Laitufa Nida, Nurul Halwiyah, Ibadurrahman dan Rifqi Rudwi Rafifta-- bukan mahasisiswa dari jurusaan Teknik Sipil.

“Salah satu kunci penilaian Genteng Styrofoam yang kami namakan ‘Environmental Friendly Anti-Earthquake Styrofoam Tile’ (E-FAST) adalah faktor ramah lingkungan,” ungkap Ibadurrahman, saat ditemui di Laboratorium Teknik Sipil Undip, kompleks Kampus Tembalang, Senin (26/11).

Limbah styrofoam merupakan salah satu limbah yang tidak ramah lingkungan, karena tidak dapat terurai oleh proses alami. Di satu sisi produksi limbah styrofoam saat ini cukup tinggi di tengah- tengah masyarakat.

Selanjutnya, kata Ibadurrahman, gagasan ini digabungkan dengan problem wilayah Indonesia yang cukup rentan terhadap bencana alam gempa bumi yang jamak mengakibatkan korban jiwa massal akibat tertimpa bangunan dan atap rumah.

Maka munculah ide membuat genteng pres yang lebih ringan dengan komposisi bahan di antaranya menggunakan Styrofoam.

“Sehingga selain ramah lingkungan dan relatif ekonomis, genteng E-FAST juga lebih ringan,” tegasnya.

Yunnia Rahmandanni menambahkan genteng E-FAST yang dihasilkan juga memiliki kelentingan yang optimal, bisa berfungsi sebagai isolator. Karena memiliki massa yang lebih ringan, bisa meminimalisir dampak yang didapatkan apabila terjadi gempa bumi.

Sementara itu, Dosen Pembimbing, Muhammad Nur Soleh ST MT mengungkapkan kesimpulan dari E-FAST adalah terciptanya sebuah produk genteng inovatif  yang mampu menjawab permasalahan penanganan limbah styrofoam.

“Selain itu juga bisa menjadi alternatif pilihan genteng rumah yang aman untuk daerah rawan gempa seperti Indonesia,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement