Rabu 26 Sep 2018 18:12 WIB

Peringati Milad ke-67, UIN Suka Gelar Orasi ilmiah

UIN Suka selalu berusaha menjadi universitas yang terkemuka di bidang studi Islam.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
UIN Suka) Yogyakarta menggelar rapat senat terbuka dan orasi ilmiah dalam rangka mensyukuri kelahirannya yang ke-67.
Foto: Silvy Dian Setiawan.
UIN Suka) Yogyakarta menggelar rapat senat terbuka dan orasi ilmiah dalam rangka mensyukuri kelahirannya yang ke-67.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN Suka) Yogyakarta menggelar rapat senat terbuka dan orasi ilmiah dalam rangka mensyukuri kelahirannya yang ke-67. Kegiatan ini merupakan puncak dari rangkaian acara peringatan milad UIN Suka ke-67, di mana tema yang diangkat kali ini yaitu 'Menuju World Class University dalam Bidang Islamic Studies melalui Moderasi Islam'.

Orasi ilmiah disampaikan oleh Omar Edaibat yang berasal dari McGill Institute of Islamic Studies Montreal, Canada. Omar merupakan The First Winner of the second annual Sunan Kalijaga Internatonal Writing Contest.

Rektor UIN Suka Yudian Wahyudi mengungkapkan, di usia yang bisa dibilang sudah tidak muda, UIN Suka selalu berusaha untuk menjadi universitas yang terkemuka khususnya di bidang studi Islam. Dengan digelarnya orasi ini, diharapkan UIN Suka tidak hanya dikenal di dalam negeri saja, namun juga di dunia internasional. 

"Harapan kita UIN Sunan Kalijaga akan dikenal di luar, bukan hanya di dalam negeri. Kalau bahasa agamanya, tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah,' kata Yudian, dalam sambutannya, Rabu (26/9).

Ia juga mengatakan, dengan memberikan dukungan kepada akademisi luar, secara tidak langsung dapat mengenalkan penelitian dari akademisi tersebut. Bahkan, sebagai wadah untuk meningkatkan semangat akademisi lainnya untuk selalu berkarya.

"Kalau kita berikan sponsorship kepada orang-orang internasional (dengan menghadirkan jurnal yang diterbitkan di jurnal internasional), maka kita akan mendapat pahala dua kali lipat.  UIN Sunan Kalijaga juga akan semakin dikenal di dunia internasional yang terkait dengan studi Islam," katanya.

Dalam mewujudkan hal tersebut, lanjutnya, terdapat beberapa kekhawatiran yang muncul. Sebab, di Indonesia sendiri masih dihadapkan dengan persoalan seperti adanya terorisme dan radikalisme. Walaupun begitu, UIN Sunan Kalijaga akan terus melaksanakan tugasnya sebagai salah satu universitas Islam di Indonesia.

"UIN Sunan Kalijaga sebagai kampus terpilih, kami akan mengambil langkah. Dalam rangka melaksanakan arahan Menteri Agama agar kampus ini memperkuat Islam moderat dan berkemajuan. Paling tidak Islam yang mengakui Pancasila dan UUD 45 dan NKRI harga mati," lanjutnya.

Sementara itu, Kepala Balitbang dan Diklat Kementerian Agama Abdurrahman Mas'ud menyambut baik kegiatan yang digelar oleh UIN Suka ini. Menurutnya, tema yang diangkat merupakan pandangan dari berbagai ahli agama terkait dengan kepercayaan dan budaya.

"Salah satunya bagaimana dikemukakan oleh Koentjaraningrat, menurutnya agama adalah kepercayaan yang dimiliki oleh setiap manusia untuk mencapai kehidupan yang nyaman baik secara spiritual maupun jasmani," katanya.

Berdasarkan pengertian itu, lanjutnya, seluruh umat beragama harus menciptakan kedamaian dan keadilan. "Baik secara internal agama yang dianutnya, maupun dengan penganut agama lain," ucapnya.

Melalui kegiatan ini, dapat menjadi wadah untuk terus menyebarkan ajaran Islam yang moderat. Ia pun berharap, UIN Suka juga dapat melahirkan lulusan yang hebat dan membumi.

"Semoga, penyelenggaraan Dies Natalis ini menjadi salah satu wahana untuk terus mengali dan menggali spirit dan menyebarkan ajaran Islam moderat dan membumi," katanya.

Omar Edaibat dalam orasinya, memaparkan karyanya yang mengupas bagaimana  membina perdamaian dunia melalui 'Budaya Makna’. Omar menyampaikan, dibutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan karyanya tersebut. Diperlukannya berbagai literatur dan studi lapangan yang dilakukan. "Paper sudah disiapkan sejak lama dan matang, agar hasilnya maksimal” kata Omar.

Berbagai penelitian yang dilakukan Omar membuktikan, Islam dan tradisi lokal telah hidup berdampingan dengan damai sejak Islam diturunkan oleh Allah untuk pertama kalinya melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW di Makkah pada 610 M. Dalam penelitiannya, Omar memberi kesimpulan terkait dengan praktik Islam Kejawen.

Omar menegaskan,  praktik keagamaan di Jawa sangat beragam dan tidak bisa disebut sebagai kepercayaan Kejawen. Praktik kepercayaan Kejawen dalam praktik keagamaan di Jawa, katanya, merupakan bentuk Islam yang merupakan pembelajaran kontekstual.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement