Rabu 19 Sep 2018 01:05 WIB

UMY Simposiumkan Dampak Buruk Media Sosial

Media sosial seperti dua sisi mata uang punya keuntungan dan kekurangan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
Simposium Internasional Prodi Ilmu Komunikasi Universitas  Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) di Kampus Terpadu UMY.
Foto: UMY
Simposium Internasional Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) di Kampus Terpadu UMY.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Media sosial jadi salah satu cara melakukan komunikasi dan tidak jarang menghabiskan waktu berinteraksi di dunia maya. Itu jadi salah satu dampak buruk yang ditelah Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Seperti koin yang memiliki dua sisi, media sosial memang memiliki keuntungan dan kekurangan dari sisi lain. Tidak jarang, media sosial menampilkan konten kontroversi, beresiko dan memiliki konsekuensi bagi pengguna.

Negatifnya, itu kerap tidak menyadari tentang dampaknya. Sisi negatif yang sekarang ini menyelimuti dunia digital secara garis besarnya antara lain kampanye hitam, hoaks dan berita palsu.

Hal itu menjadi konsentrasi pembahasan Simposium Internasional yang digelar Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Ini sekaligus jadi wadah dosen-dosen memaparkan hasil penelitiannya.

Bahasan itu ditanggapi peneliti. Ada Hasrina Mustafa dari USM Malaysia, Rachel E Khan dari University of Philippines, Smith Boonchutima dari Chulalongkorn University Thailand dan Bert Barendregth dari Lieden University Belanda.

Ketua Panitia Simposium Internasional, Yeni Rosilawati berharap, kegiatan ini bisa bermanfaat untuk meningkatkan literasi ilmu komunikasi. Termasuk, menghasilkan banyak diskusi dan pengalaman bertukar pikiran. "Pengalaman yang berguna untuk pembelajaran media komunikasi, terutama dalam ruang lingkup media sosial," kata Yeni.

Senada, Rektor UMY, Gunawan Budiyanto menilai simposium ini memiliki tiga pemaknaan. Mulai dari cara berkomunikasi dengan orang lain melalui digital, dan mengenai alat yang bisa digunakan sebagai teknologi informasi.

"Dan yang terakhir budaya, budaya sebagai pengontrol ketika seseorang sudah memahami fungsi digital dan media sosial," ujar Gunawan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement