Kamis 13 Sep 2018 20:43 WIB

Paralayang Jadi Daya Tarik Pariwisata Desa Sidoluhur, Malang

Desa Sidoluhur sangat berpotensi menjadi destinasi wisata.

Mahasiswa KKN UMM Malang di Desa Sidoluhur, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.
Foto: Dok UMM
Mahasiswa KKN UMM Malang di Desa Sidoluhur, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebuah desa  akan punya daya tarik atau magnet  yang kuat jika  memiliki daya pembeda atas desa-desa lain. Daya pembeda inilah yang coba dilakukan  diupayakan  mahasiswa peserta kuliah kerja nyata (KKN) 122 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melalui optimalisasi potensi Desa Sidoluhur, Keacamatan Layang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, 12 Juli-8 Agustus 2018 lalu.

Salah satu yang mereka lakukan adalah  mengembangkan pariwisata paralayang di desa tersebut. “Wisata Paralayang Sidoluhur (WPS) ini diharapkan menjadi salah satu ikon utama  Desa Sidoluhur  yang secara letak geografis sangat berpotensi menjadi destinasi atau pilihan wisata masyarakat, baik di dalam maupun di luar Kabupaten Malang,” kata Ketua tim KKN 122 UMM Desa Sidoluhur, Yahya Nailul dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (13/9).

Ia menambahkan, debut pengembangan pariwisata yang dilakukan mahasiswa  KKN 122 UMM itu meliputi pengadaan plang penunjuk arah;  windshock sebagai penunjuk arah mata angin yang sudah sedemikian didesain dengan puspa motif dan  warna untuk memanjakan mata pengunjung yang tiba;  serta ayunan dan  Polaroid sebagai spot photo.

“Pengembangan pariwisata ini tidak dilakukan secara mandiri, melainkan bersinergi dengan masyarakat Sidoluhur, mulai dari perangkat desa sampai peternak dan  petani. Kami mendapatkan dukungan penuh dari Kepala Desa Sidoluhur, Mulyoko Sudarsana,” tuturnya.

photo
Salah satu momentum wisata di Desa Sidoluhur, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Yahya mengemukakan, ada beberapa alasan Desa Sidoluhur dikatakan berpotensi dalam pengembangan pariwisata paralayang. Pertama, letak take off  paralayang yang juga dapat digunakan sebagai letak top landing. Faktor lain adalah jumlah penerbang yang atau atlet yang bisa melakukan take off, yakni berjumlah 10 atlet dalam sekali terbang.

“Area WPS luas,  sehingga  letak take off ini bisa menampung 10 atlet dalam waktu yang bersamaan. Hal ini ditambah dengan dukungan lapangan penerbangan pesawat di Bandara Abdurrahman Saleh sebagai scenery,” kata Yahya.

Faktor lain, Yahya menambahkan,  adalah akses. Akses di sini meliputi jalan yang bisa dikata dan dirasakan tidak sukar untuk dilewati. “Apalagi dengan adanya salah satu program kerja KKN yakni pengadaan plang penunjuk arah, membuat pengunjung semakin mudah untuk tiba, melepas sauh penat di sana,” ungkap Yahya Nailul.

Tim KKN 122 UMM di Desa Sidoluhur terdiri dari enam orang. Selain Yahya Nailul, anggota lainnya adalah Ilham, Dewi Sekartaji, Klarine Nur U Agtiansyah, Rr Dyah Fadiela, dan Arindha Rahma Putri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement