Senin 03 Sep 2018 14:18 WIB

Mahfud MD: Jangan Sekadar Bercita-cita Jadi Sarjana

Cendekiawan pada hakikatnya berarti sarjana yang pintar, mulai hati, dan baik budi.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Ratna Puspita
Anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Mahfud MD di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Senin (3/9).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Mahfud MD di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Senin (3/9).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Mahfud MD berpesan agar generasi muda tidak langsung puas dengan gelar sarjana. Ia berharap generasi muda bercita-cita menjadi cendekiawan.

Menurut Mahfud, mendapatkan gelar sarjana terlihat lebih mudah dibandingkan cendekiawan. Bekal pembelajaran menjadi sarjana dapat diperoleh dalam media apapun, termasuk pengetahuan dari itu internet. 

Belum lagi informasi hebat yang didapatkan dari buku maupun dosen selama kuliah. “Akan tetapi, itu (pengetahuan dari internet dan kampus) tidak cukup untuk menjadi cendekiawan,” kata dia saat mengisi acara di Penerimaan Mahasiswa Baru (Pesmaba) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Senin (3/9).

Mahfud menjelaskan, cendekiawan pada hakikatnya berarti sarjana yang sujana. Bukan hanya pintar, tetapi juga harus mulia hati dan baik budinya. Mereka di kelompok ini tidak boleh sombong dan tak mabuk kekuasaan. 

“Tidak bisa (hanya) mengandalkan otak dengan fasilitas yang tersedia. Tidak mudah memang," kata dia.

Mahfud pun menyebutkan cendekiawan yang menjadi idolanya, di antaranya Abdul Malik Fadjar yang pernah memimpin UMM pada 1983 hingga 2000. Ia juga pernah menjabat sebagai menteri agama pada era Presiden BJ Habibie dan menteri pendidikan nasional pada Kabinet Gotong Royong (Megawati Soekarnoputri). Sejak 19 Januari 2015, Abdul Malik Fadjar menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden.

Meski hebat, Abdul Malik Fadjar dikenal sebagai sosok sederhana dan bersahabat. Tak jarang, Mahfud bertemu dengan Malik Fadjar di warung kecil sembari menikmati makanan. 

“Beliau tidak apa-apa (makan di warung). Beda dengan menteri kebanyakan kalau pergi, harus dicek dulu hotelnya bintang lima atau tidak. Sebelum datang, sudah ada tim pengawalnya. (Mereka) sarjana tapi tidak punya sifat sujana," kata dia.

Karena itu, Mahfud sangat mendorong agar generasi muda tidak hanya mencerdaskan otak. Apalagi jika dikaitkan dengan tujuan berdirinya Indonesia dalam UUD 1945. Ia menambahkan negara pada dasarnya harus mencerdaskan kehidupan bangsa bukan otak semata. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement