Rabu 27 Jun 2018 16:22 WIB

Candi Borobudur Dinilai Rentan Terkena Gempa Tektonik

Candi Borobudur telah beberapa kali mengalami dampak buruk gempa bumi.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Ani Nursalikah
Wisatawan mengunjungi Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Selasa (29/5).
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Wisatawan mengunjungi Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Selasa (29/5).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sekelompok mahasiswa Geofisika Universitas Gadjah Mada (UGM) melaksanakan penelitian kerentaanan gempa pada bangunan Candi Borobudur. Dari penelitian itu, didapati kerentanan gempa tektonik yang bisa diterima bangunan Candi Borobudur.

Proses akuisisi data bangunan Candi Borobudur dilakukan selama lima hari, mulai 3-7 Juni lalu. Penelitian bekerja sama dengan Balai Konservasi Borobudur (BKB) Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kelompok peneliti mahasiswa terdiri dari Reymon Agra Medika dan Zukhruf Delva Jannet dari Geofisika 2014, serta Yosua Alfontius dari Geofisika 2015. Ketua Tim PKM, Reymon mengatakan, penelitian jadi salah satu usaha pelestarian Candi Borobudur.

Ia menilai, Candi Borobudur terletak pada zona rawan gempa tektonik. Itu diakibatkan subduksi lempeng Samudera Indo-Australia terhadap lempeng Benua Eurasia yang terletak di sebelah selatan Pulau Jawa.

"Terbentuknya struktur geologi yang berada di sekitar Candi Borobudur seperti Sesar Progo yang merupakan sesar aktif yang dapat memberikan dampak buruk terhadap bangunan candi bila terjadi pergeseran yang menimbulkan gempa bumi," kata Reymon.

Reymon mengingatkan, Candi Borobudur telah beberapa kali mengalami dampak buruk gempa bumi. Dampaknya, tidak lain berupa guncangan-guncangan yang mengakibatkan runtuhnya beberapa bagian candi yang merupakan warisan dunia tersebut.

Penelitian dilakukan demi mengetahui nilai kerentanan gempa kepada setiap lantai bangunan candi dengan menggunakan metode mikroseismik. Metode ini mengukur getaran alami yang ada dalam setiap lantai bangunan candi memakai seismometer.

"Data getaran dari metode ini kemudian dilakukan pengolahan untuk mendapatkan nilai amplifikasi dan frekuensi natural, yang kemudian digunakan untuk analisis kerentanan gempa pada bangunan candi," ujar Reymon.

Penelitian dilakukan dengan dana dari Direktorat Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti untuk Program Kreativitas Mahasiswa. Penelitian turut dibantu tim akuisisi Himpunan Mahasiswa Geofisika UGM.

Hasil penelitian ini dapat digunakan pula sebagai tindak lanjut penguatan bangunan candi dengan analisis konstruksi bangunan candi. Harapannya, dalam waktu dekat dihasilkan gambaran mengenai nilai kerentanan gempa masing-masing sisi bangunan Candi Borobudur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement