Senin 25 Jun 2018 11:05 WIB

Pemerintah Yakin Publikasi Indonesia Bisa Berjaya

Beberapa program riset telah diperbarui.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Muhammad Hafil
Reviewer memberikan tips karya ilmiah dapat menembus publikasi internasional.
Foto: Dok STMIK Nuri
Reviewer memberikan tips karya ilmiah dapat menembus publikasi internasional.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemeristedikti) optimistis lima tahun ke depan publikasi perguruan tinggi Indonesia akan benar-benar berjaya di ASEAN. Update terakhir, publikasi internasional Indonesia yang terindeks Scopus per tanggal 22 Juni 2018 yaitu sebanyak 12.233 atau menempati posisi kedua setelah Malaysia.

Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti Muhammad Dimyati mengklaim, selama ini dukungan pemerintah untuk meningkatkan kualitas publikasi internasional juga sudah semakin baik. Misalnya, pemerintah baru saja mengeluarkan Perpres 16/2018 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, dengan memberi ruang khusus terhadap penelitian yang bisa berbasis output, bisa multi years, multi sources dan penugasan.

"Jadi lebih praktis mekanismenya dan lebih berorientasi ke demand driven dan sinergitas, termasuk dengan industri," kata Dimyati saat dihubungi Republika.co.id Senin (25/6).

Selain itu, lanjut Dimyati, pemerintah juga telah mengeluarkan Perpres 38/2018 Tentang Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) yang lebih memfokuskan riset-riset Indonesia ke depan. Sehingga, jelas dia, sumberdaya dan juga anggaran yang sedikit tidak diecer-ecer lagi. Namun difokuskan pada riset tertentu yang sinergik antar institusi riset.

"Dengan demikian tumpang tindih atau copy paste bisa dihindari. Dan kini kita telah punya roadmap riset sampai tahun 2045," ungkap dia.

Selain itu, menurut Dimyati, beberapa program riset juga telah diperbarui sehingga lebih mengarah pada kebutuhan bangsa. Selain itu riset juga di desain agar bisa menjadi solusi atas masalah yang terjadi dalam masyarakat maupun membantu industri.

Di sisi lain, kata dia, banyak juga anggaran riset yg telah didesentralisasikan ke perguruan tinggi. Umpamanya, kata dia, anggaran riset telah diberikan kepada 11 perguruan tinggi dan 14 Kopertis/L2Dikti untuk beberapa skema riset.

Merujuk pada data dari Subdit Fasilitasi Publikasi Ilmiah Kemenristekdikti tahun 2018,  per tanggal 22 Juni 2018 Publikasi Internasional Asean Scopus terbanyak masih diraih oleh Malaysia dengan jumlah publikasi sebanyak 12.492. Lalu pada posisi kedua, ditempati oleh Indonesia dengan jumlah publikasi sebanyak 12.233.

Adapun posisi ketiga, ditempati oleh Singapura dengan jumlah publikasi sebanyak 9.543. Kemudian posisi keempat diduduki oleh Thailand dengan jumlah publikasi sebanyak 7.131. Posisi kelima ditempati oleh Vietnam dengan jumlah publikasi sebanyak 3.860, dan posisi keenam ditempati oleh Filipina dengan jumlah publikasi sebanyak 1.507.
 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement