Rabu 14 Mar 2018 21:44 WIB

IPB-Universitas Al Azhar Indonesia Teken Kerja Sama

Universitas Al Azhar Indonesia berharap IPB mendukung pendirian Prodi Gizi.

Rektor IPB Arif Satria (kiri) dan Rektor Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Asep Saefuddin.
Foto: Dok IPB
Rektor IPB Arif Satria (kiri) dan Rektor Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Asep Saefuddin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) melakukan kerja sama di bidang pendidikan, penelitian    dan pengabdian.

 

Penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dilakukan Rektor IPB, Dr  Arif Satria, SP, MSi dan Rektor UAI, Prof Dr  Ir  Asep Saefuddin MSc, Rabu (14/3),  di Auditorium Arifin Panigoro, Kampus Universitas Al Azhar Indonesia, Jakarta, Rabu (14/3).

Rektor UAI, Prof Asep Saefuddin berharap kerja sama ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat serta sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya. UAI juga berencana mendirikan program studi (prodi) yang baru yaitu Prodi Gizi.

“Kami berharap IPB  dapat mendukung berdirinya Prodi Gizi UAI, sehingga dapat  menjadi Pusat Kajian Gizi Perkotaan bertaraf nasional, regional maupun internasional, dan meningkatkan kualitas serta kuantitas sumberdaya manusia dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) bidang gizi,” tutur Prof Asep dalam rilis IPB yang diterima Republika.co.id, Rabu (14/3).

Rektor IPB, Dr  Arif Satria mengatakan, pihaknya akan mendukung langsung terwujudnya pendirian prodi baru di Universitas Al Azhar Indonesia. “UAI nantinya dapat menghasilkan sarjana gizi yang mampu menerapkan pengetahuan, keterampilan serta mengikuti perkembangan iptek di bidang gizi dan kesehatan,” kata rektor IPB.

Acara dilanjutkan dengan Kuliah Umum  Rektor IPB, Dr  Arif Satria di hadapan mahasiswa dan civitas akademika Universitas UAI. Ia mengusung tema "Higher Education Facing Disruption Civilization”.

Arif menambahkan, perguruan tinggi ke depan harus bersiap menghadapi era disruption. Ini adalah era di mana banyak ‘gangguan’ peradaban yang diakibatkan perubahan yang makin sering terjadi.

“Salah satu pendorong perubahan tersebut adalah kemajuan di bidang teknologi, demografi, lingkungan, dan geopolitik yang juga mengubah lanskap pendidikan tinggi kita. Tentu saja perubahan yang terjadi harus disikapi dengan bijaksana agar perguruan tinggi mampu menanggapi tantangan zaman,” ujar  Arif.

Arif lantas menghimbau mahasiswa dan civitas akademika UAI  untuk bersiap menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman dan kondisi mahasiswa. “Mahasiswa saat ini adalah generasi milenial. Yang ciri khasnya sejak dini akrab dengan gawai, aktif di media sosial, serta mementingkan unsur kecepatan. Oleh karena itu, hendaknya dosen dan tenaga kependidikan harus memiliki empati, bersedia mendengar dan memahami kebutuhan mahasiswa zaman now. Misalnya saja kuliah disampaikan dengan media interaktif agar lebih menarik,” imbuhnya.

 

Ia menambahkan, perguruan tinggi harus bersiap menghadapi era disruption. Selain terus menyiapkan kurikulum yang memenuhi tuntutan zaman, berbagai fasilitas juga disiapkan.

 

“Apalagi era revolusi industri 4.0  telah berkembang di awal abad ke-20 yang ditandai dengan pengembangan kecerdasan buatan, perkembangan robot, internet of thing (IoT) dan bioteknologi sehingga harus benar-benar diwaspadai dan di cermati dengan baik,” tuturnya.

 

Arif berharap  dengan adanya kerja sama antara IPB  dan UAI ini, dapat meningkatkan sinergi antara berbagai elemen untuk memajukan Indonesia melalui kegiatan peningkatan kualitas pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat untuk pembangunan bangsa yang lebih baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement