Rabu 13 Sep 2017 09:33 WIB

Produktivitas Padi IPB 3S Bisa Tembus 12 Ton Per Ha

Rektor IPB Herry Suhardiyanto menghadiri panen raya padi IPB 3S di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, Sabtu (9/9).
Foto: Dok IPB
Rektor IPB Herry Suhardiyanto menghadiri panen raya padi IPB 3S di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, Sabtu (9/9).

REPUBLIKA.CO.ID, PINRANG -- Program pengarusutamaan pertanian yang dicanangkan Institut Pertanian Bogor (IPB) terus digaungkan ke seluruh Tanah Air. IPB siap menjawab tantangan pemerintah menjadikan Indonesia negara swasembada pangan.

 

Salah satu gerakan yang baru saja dilakukan adalah panen padi IPB 3S di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, Sabtu (9/9). Hadir dalam kesempatan ini, Rektor IPB Prof Dr  Herry Suhardiyanto, Wakil Bupati Kabupaten Pinrang Muhammad Darwis Bastaman, Kapala Dinas Pertanian Tjalo Parekang, serta para kepala dinas di Kabupaten Pinrang.

Rektor IPB  didampingi Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB Dr Prastowo; Kepala Biro Sekretariat Rektor Dr  Yonvitner; Kepala Program Pengembangan Padi IPB 3S Prof  Dr  Memen Surahman; serta Dr Chandra Budiman dan Dr Abdul Qodir dari Seed Centre IPB.

Siaran pers IPB yang diterima Republika.co.id, Selasa (12/9) menyebutkan, dalam panen kali ini, produksi ubinan mencapai 8,9 ton per hektar. “Produksinya bisa mencapai 12 ton per hektar, jika jarak tanam dari 27 cm dirapatkan menjadi 20 cm,” kata rektor.

Secara keseluruhan panen padi IPB 3S seluas 8 hektar yang tersebar di tiga kecamatan ini akan dipersiapkan untuk benih. Kabupaten Pinrang merencanakan penanaman seluas 400 hektar dalam rangka program kemandirian benih. “Boleh dibilang bahwa ini akan menjadi model kabupaten sebagai pusat pengembangan benih (seed centre),” tuturnya.

Selain itu, Rektor IPB berharap Pinrang menjadi model dalam pengembangan benih, model penyerapan langsung (direct market), termasuk model BUMD yang akan menghubungkan langsung petani dengan konsumen beras.

Prof  Memen Surahman melaporkan kegiatan IPB di Kabupaten Pinrang. “Dari delapan hektar yang dipanen, tiga hektar untuk produksi benih dan lima hektar akan diperuntukkan untuk konsumsi sebagai tahap awal pengenalan  padi IPB 3S kepada konsumen. Pinrang akan dijadikan model untuk kabupaten produsen benih IPB 3S. Benih pokok seluas tiga hektar akan dikembangkan menjadi 400 hektar benih sebar,” ujarnya.

Pada kesempatan ini, petani yang diwakili Anas Tika menyampaikan,  walaupun padi 3S sedikit anakan, tetapi malainya banyak. Sesuai dengan program presiden mandiri benih, petani penangkar benih Pinrang siap mendukung program tersebut. “Petani di sini juga merasakan ada perbedaan perlakuan kedalaman tanam sampai 15 cm. Dalam catatan petani umur 38 hari IPB sudah bunting,” ujarnya.

 

Lebih lanjut Anas menyampaikan strategi sebar padi IPB 3S sebaiknya dilakukan satu minggu setelah sebar benih lain agar waktu buntingnya sama. Dari pengalamannya, kemampuan terhadap benih pengerek batang 1 berbanding 3. Varietas lain sudah habis tiga batang, IPB 3S belum habis satu batang. “Jadi terlihat IPB 3S lebih kuat terhadap pengerek batang dibandingkan jenis lainnya,” ujar Anas.

Wakil Bupati Pinrang, H Darwis Bastaman mengatakan,  ini adalah kunjungan pertama seorang rektor perguruan tinggi hadir di tengah petani, terutama di Kecamatan Cempa. Bagi masyarakat, tuturnya, IPB sangat istimewa karena kiprahnya di pertanian.

Dikatakannya, bulan ini Kabupaten Pinrang memasuki panen raya termasuk IPB 3S. Produksi rata rata padi di Pinrang tujuh ton per hektar, sementara IPB 3S dapat 8,9 ton per hektar. “Dengan capaian IPB ini kita akan menjadikan Pinrang sebagai kabupaten mandiri benih dengan delapan kelompok penangkar benih,” katanya.

Wakil Bupati mengapresiasi peran IPB yang dari awal serius mendampingi sampai saat ini rektor hadir di Pinrang. Bupati H Andi Aslam Patonangi mempersiapkan lahan di Pinrang seluas 400 hektar untuk benih.

Rektor IPB Herry Suhardiyanto mengapresiasi usaha petani dan pemerintah Kabupaten Pinrang dalam mengembangkan padi IPB 3S. Rektor kembali menegaskan bahwa Kabupaten Pinrang adalah salah satu kabupaten yang berkomitmen dalam bekerja sama mengembangkan IPB 3S.

“Kalau dulu penyediaan benih melalui pihak ketiga, maka sekarang petani tidak perlu lagi menunggu untuk mendapatkan benih. Dengan skema ini kita juga bisa antisipasi agar tidak lagi impor benih. Sehingga kepastian usaha tani menjadi lebih terjamin,” kata rektor.

Lebih lanjut Rektor IPB menyoroti pemberlakuan harga eceran tertinggi (HET) beras telah memasung petani dengan keuntungan yang rendah, karena harga gabah rendah. Sementara, pedagang beras memperoleh keuntungan lebih.

Rektor juga mendorong agar Pinrang bisa merancang suatu mekanisme "direct market" yaitu langsung ke konsumen. Sehingga petani bisa memperoleh keuntungan tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Rektor juga mengajak pemerintah agar model ini bisa berjalan, sebagai sebuah model usaha pertanian yang menguntungkan.

Acara panen raya dilanjutkan dengan diskusi bersama petani di area persawahan desa Sikkuala Kecamatan Cempa yang dipandu Wakil Bupati Pinrang. Dalam kesempatan ini petani menyampaikan usulan, di antaranya barangkali IPB memiliki varietas lain yang bisa ditanam di Pinrang.

Petani di Pinrang juga berharap ada anak-anak Pinrang yang belajar di IPB. Banyak dari anak anak muda tetapi terkendala biaya, barangkali Pemda dan IPB ada solusi bisa menimba ilmu di IPB. Selanjutnya, petani juga berharap pada pemerintah benih IPB 3S direkomendasikan sebagai salah satu benih pokok bagi petani di Pinrang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement