Jumat 09 Jun 2017 19:24 WIB

Dubes Jerman Bahas Energi Terbarukan di ITS

Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember--ITS--, Surabaya
Foto: ITS
Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember--ITS--, Surabaya

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Duta Besar Republik Federal Jerman untuk Indonesia H.E Michael Freiher von Ungern-Stenberg, Jumat mengunjungi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya guna membahas energi terbarukan yang ada di Indonesia maupun Jerman.

Dalam kunjungan tersebut, Michael yang didampingi perwakilan dari Wismar University juga melakukan diskusi dengan beberapa pimpinan dan peneliti di lingkungan ITS.

"Jerman memang sempat mempertimbangkan penggunaan nuklir sebagai energi terbarukan," ujar Michael di Rektorat ITS di Surabaya.

Namun, kata Michael, melihat peristiwa di Fukushima, Jepang yang memiliki dampak sangat besar akibat adanya kegagalan dari energi nuklir, Jerman menjadi khawatir. Sehingga dibuat keputusan politik untuk memberhentikan penggunaan nuklir sebagai energi terbarukan.

"Orang-orang seringkali berkata terlalu banyak dampak yang akan ditimbulkan, dan sangat butuh banyak waktu untuk memperbaiki suatu negara akibat kegagalan nuklir. Hal tersebut bisa mengubah banyak sekali aspek. Ditambah lagi adanya risiko medis dan kecelakaan." tutur mantan Dubes Jerman untuk Iran ini.

Michael menuturkan bahwa banyak sekali jalan yang bisa dilakukan untuk membuat energi terbarukan selain dari energi nuklir. Semuanya tergantung dari wilayahnya. "Seperti Indonesia yang mengandalkan energi panas bumi, jika diteliti dan dimanfaatkan bisa membawa pengaruh besar selama kurun waktu yang lama," katanya.

Seperti diketahui, bahwa Indonesia sendiri memiliki 40 persen potensi sumber panas bumi dunia dan merupakan produsen listrik panas bumi terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Filipina. Ini merupakan potensi besar yang bisa dikembangkan lebih lanjut sebagai sumber energi terbarukan.

Sementara itu, perwakilan Wismar University di Surabaya Dr Ing Wolfgang Busse mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya telah melakukan kerja sama penelitian dengan ITS untuk pemberdayaan potensi pulau-pulau terpencil di Indonesia dalam proyek yang bernama "Sustainable Island Development Initiatives" (SIDI).

"Saat ini yang sudah kami tuju untuk proyek penelitian adalah Pulau Poteran di Madura dan Pulau Maratua, Kalimantan Timur," tuturnya.

Pulau Poteran, kata dia, dikembangkan untuk memberdayakan sumber daya alam berupa daun kelor yang bisa diekstrak sebagai obat atau pun kebutuhan lainnya, dan Pulau Maratua akan dikembangkan potensinya sebagai tujuan wisata bahari baik untuk wisatawan domestik maupun wisatawan asing. Selain itu, ke depannya, penelitian untuk pengembangan potensi energi terbarukan akan ditujukan ke Pulau Natuna, Kepulauan Riau.

"Untuk pengembangan energi terbarukan di Pulau Natuna ini masih akan kami diskusikan lebih lanjut dengan pihak Kementerian Luar Negeri," kata Wakil Rektor ITS Bidang Penelitian, Inovasi dan Kerja Sama Prof Dr Ketut Buda Artana.

Ketut berharap dari hasil kerja sama yang dikembangkan ITS dengan Wismar University maupun pemerintah Jerman ke depannya bisa memberikan banyak manfaat untuk masyarakat dan bangsa Indonesia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement