Selasa 21 Mar 2017 08:13 WIB

Wow! Undip Kembangkan Teknologi Pengawetan Cabai Agar Tahan Enam Bulan

Rep: Kabul Astuti/ Red: Nidia Zuraya
Cabai
Foto: dok republika
Cabai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga cabai di pasaran kerapkali melambung tinggi. Stok panen cabai di daerah-daerah tidak mampu bertahan lama karena dalam waktu 2-3 bulan cabai sudah busuk. 

Kondisi tersebut mendasari para peneliti dari Universitas Diponegoro (Undip), Jawa Tengah, untuk mengembangkan teknologi pengawetan cabai. "Kalau musim panen cabai, saking banyaknya sampai tidak tertampung, jadi busuk. Tapi pada satu saat cabai sedang tidak musim, harga melonjak sampai di atas Rp 100 ribu. Beras juga demikian," kata Rektor Universitas Diponegoro, Prof Yos Johan Utama, kepada Republika, Senin (20/3). 

Yos mengatakan teknologi pengawetan cabai ini merupakan buah karya peneliti Undip, Dr Muhammad Nur. Ia menciptakan suatu alat yang mampu mengawetkan komditas cabai dan beras. Usia cabai yang normalnya hanya dua bulan bisa bertahan sampai 6 bulan, sedangkan beras bisa awet sampai 4 tahun.

Ia menerangkan, perangkat pengawetan ini berbentuk semacam boks, dengan memanfaatkan teknologi nano. Cabai atau beras dimasukkan ke dalam boks tersebut sehingga dapat tahan lama. 

Teknologi ini, jelas Yos, sudah siap digunakan. Para peneliti Undip saat ini sedang dalam tahap pengembangan agar masa pengawetannya semakin lama. 

Menurutnya, teknologi ini sudah dipakai oleh Bulog untuk mengawetkan beras. Pihaknya juga berencana menggandeng para petani dari wilayah pedesaan di Jawa Tengah. 

Lebih lanjut ia menuturkan, Bank Indonesia pun mulai melirik pengembangan teknologi ini mengingat dampak kelangkaan bahan-bahan pangan terhadap stabilitas moneter sangat tinggi.  

Penelitian ini, ungkapnya, merupakan upaya untuk menunjang kesejahteraan masyarakat atau petani kecil di daerah-daerah agar komoditas yang mereka hasilkan bisa lebih tahan lama. "Ini akan memberikan multiefek. Tidak hanya ketersediaan bahan pangan, tapi juga stabilitas harga dan memberikan kesejahteraan bagi petani," kata Yos.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement