Selasa 24 Jan 2017 17:43 WIB

Satu Peserta Diksar Mapala UII Jalani Operasi Infeksi Kaki

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Dwi Murdaningsih
Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Harsoyo (kanan) bertemu dengan ayah Ilham, Syafii (tengah) di rumah Duka RS Bethesda Yogyakarta, Selasa (24/1).
Foto: Republika/Rizma Riyandi
Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Harsoyo (kanan) bertemu dengan ayah Ilham, Syafii (tengah) di rumah Duka RS Bethesda Yogyakarta, Selasa (24/1).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Peserta Diksar The Great Camping Mapala UII, Abiyan Razaki (19) menjalani operasi infeksi kaki di Jogja International Hospital (JIH), Selasa (24/1). Menurut keterangan sang kakak, Raihan Aflah (20), Abiyan menjalani operasi infeksi pada luka di pinggir jari kedua kakinya.

“Ini adik (Abiyan) mau operasi infeksi kaki. Soalnya kakinya luka-luka, sampai keluar nanah,” kata Raihan saat ditemui di JIH, Selasa (24/1).

Menurutnya, luka tersebut muncul setelah sang adik mengikuti Diksar Mapala. Selain luka di bagian kaki, Abiyan juga mengalami luka-luka di tangan dan punggung. Bahkan sepulang dari Diksar, wajah mahasiswa jurusan Teknik Kimia UII angkatan 2015 itu tampak cekung dan sangat tirus dari biasanya.

Sesudah pulang Diksar pada Sabtu (21/1) pagi, Abiyan sebenarnya sudah menjalani pemeriksaaan kesehatan di JIH. Namun setelah itu ia disarankan mengikuti rawat jalan dan diperbolehkan pulang ke kost. Sesampainya di kost, Raihan melihat sejumlah kejanggalan.

“Mau mandi tidak bisa buka celana sendiri. Itu bikin saya curiga. Pas saya lepas pakaiannya, di badan adik sudah banyak luka,” kata Raihan.

Awalnya sang kakak membiarkan Abiyan untuk istirahat sendiri di kamar. Namun sekitar pukul 10.00, tubuh Abiyan menggigil dan kondisinya semakin memburuk.

Ia pun berinisiatif membawa sang adik ke JIH untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sekitar pukul 11.00. Saat dibawa ke rumah sakit, Abiyan sudah tidak mampu berjalan sendiri. Selain luka-luka, berdasarkan diagnosis dokter, Abiyan menderita bronkitis dan infeksi ginjal.

Meski sudah dirawat intensif di JIH, Abiyan sempat keluar untuk menjenguk almarhum Asyam dan menemuinya itu di RS Bethesda. “Pukul 14.00, dapat kabar Asyam meninggal, adik saya langsung nangis-nangis dan memutuskan untuk jenguk Asyam,” kata Raihan.

Menurut Raihan, Abiyan mengikuti Diksar Mapala UII bersama dua teman dekatnya, yaitu Zaki dan Almarhum Asyam. Bahkan sebelum berangkat ke Lawu, mereka menginap di kosan Abiyan. Saat Diksar berlangsung, menurut Abiyan, Asyam sempat mengajukan pengunduran diri pada panitia.

Namun panitia malah memberinya hukuman. Melihat kondisi tersebut, Abiyan pun mengurungkan niat untuk berhenti dari aktivitas Diksar, dan memutuskan mengikuti kegiatan tersebut sampai akhir. Sepanjang kegiatan, Abiyan mengakui adanya kontak fisik, khususnya dengan panitia bagian operasional.

Bahkan kontak fisik berbentuk kekerasan dilakukan oleh lebih dari satu orang. Maka itu, untuk mengusut hal tersebut, Pihak keluarga Abyian mengajukan penanganan hukum bersama dengan laporan keluarga Almarhum Asyam.

“Pada intinya tuntutan kami sama seperti keluarga Asyam. Karena Abiyan juga bagian dari korban,” ujar pemuda yang  kuliah di jurusan Teknik Industri UII itu.

Meski mengaku menandatangani surat izin keikutsertaan Abiyan dalam Diksar, ia merasa tidak terima dengan kondisi adiknya sekarang. Raihan mengemukakan, dalam surat bermatrai enam ribu itu memang ada pernyataan tidak ada tuntutan apabila terjadi kerugian fisik dan mental.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement