Selasa 15 Nov 2016 16:38 WIB

Pembelajaran Bahasa Indonesia Harus Jadi Strategi Budaya

Peserta Seminar Nasional Bahasa Indonesia sedang menyimak pemaparan dari narasumber.
Foto: Dokumen
Peserta Seminar Nasional Bahasa Indonesia sedang menyimak pemaparan dari narasumber.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG --  Guru Besar Universitas Negeri Surabaya, Prof Setya Yuwana, menegaskan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah tak bisa hanya bertujuan agar siswa menguasai struktur bahasa. Lebih dari itu, pembelajaran bahasa harus menjadi strategi budaya agar lebih mencintai bangsa ini. 

Hal tersebut disampaikan Setya pada Seminar Nasional Bahasa Indonesia di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Kegiatan yang digelar selama dua hari (15-16/11) oleh Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UMM ini berupaya lebih menghidupkan bahasa Indonesia sebagai kekuatan integrasi bagi bangsa. 

Bagi Setya Yuwana, hal itu tak bisa diremehkan, lantaran jika bahasa Indonesia punah, maka negara ini juga bisa ikut punah. Sehingga ia menekankan perlunya mengintegrasikan budaya Indonesia yang multikultural sebagai bagian dari proses pembelajaran. 

Lebih lanjut, Setya menilai, pembelajaran bahasa harus bisa memanfaatkan keragaman kultural dan kearifan lokal masyarakat agar siswa mampu menciptakan makna berdasarkan apa yang dialaminya sehari-hari. Di sini, bahasa selanjutnya menjadi kekuatan untuk membangun perilaku yang humanis, pluralis, dan demokratis.

Sementara itu pakar bahasa Indonesia dari UMM, Dr Ekarini Saraswati, mengaku prihatin dengan penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari oleh anak muda, terutama kalangan metropolis. “Mereka sering mencampur aduk bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan asal-asalan, terutama di media sosial,” kata Ekarini, dalam siaran persnya. 

Rektor UMM Fauzan berharap, seminar mampu menggali pikiran akademisi dalam memanfaatkan bahasa Indonesia untuk mewujudkan Indonesia yang lebih beradab. “Masyarakat harus bangga dengan bahasa Indonesia. Jangan sampai hilang bahasanya dan tersisa penggunanya saja, lalu jadi kajian situs arkeologis,” kata Fauzan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement