Kamis 06 Oct 2016 00:02 WIB

Jimly Asshiddiqie Minta Warga IPB Kembangkan Riset

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Hazliansyah
Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Jimly Asshidiqie  (Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Jimly Asshidiqie (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie meminta warga Institut Pertanian Bogor (IPB) bangga menjadi bagian dari salah satu kampus terbaik di dunia di bidang pertanian dengan inovasi terbanyak. Namun yang lebih penting, riset harus dimanfaatkan oleh masyarakat.

Jimly mengatakan, semakin terbuka dan bebas iklim yang terbentuk di masyarakat, hasrat dan kemampuan berinovasi juga terus berkembang. Jimly menyebut inovasi bahkan membutuhkan kebebasan.

“Jika kebebasan tidak tumbuh dan terbuka dalam kehidupan bersama, banyak kendala yang akan menghambat berkembang kreativitas dan inovasi,” ujar Jimly dalam orasi ilmiahnya pada acara Dies Natalis ke-53 IPB, di Graha Widya Wisuda, IPB, dalam keterangan tertulis yang diterima republika.co.id, Rabu (5/10).

Di masyarakat yang agamis, kata Jimly, sikap umum mereka sangat dipengaruhi pemahaman keagamaan dalam setiap kehidupannya. Jika pemahaman keagamaannya tidak mendorong etos kerja yang produktif, maka budaya inovasi tidak akan berkembang atau melambat.

Hal yang dapat menghambat perkembangan inovasi juga dapat terjadi jika tradisi feodal dan paternalistik tidak mengalami perubahan. Budaya feodal tidak memberi ruang terbuka bagi kompetisi yang sehat dan bermutu dalam segala aspek kehidupan.

“Sehingga inovasi di segala bidang kehidupan juga akan terhambat,” kata mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu.

Sementara itu, Rektor IPB, Prof. Dr. Herry Suhardiyanto menuturkan, 53 tahun lalu, Presiden Soekarno sudah memandang pentingnya pertanian. Sebab itu, dia memberikan jalan keluar yang visioner dengan mendirikan IPB agar menjadi bangsa mandiri di bidang pangan.

Menurut Herry, saat ini tantangan semakin kuat dan pertumbuhan penduduk semakin tinggi. Sehingga volume kebutuhan pangan juga meningkat tajam. Ditambah dengan laju konvensi lahan pertanian dan perubahan iklim yang tinggi.

“Ini menyebabkan masalah tersendiri, hingga impor berbagai pangan semakin tinggi,” jelasnya.

Tantangan tersebut, menurut Herry perlu dijawab oleh IPB. Herry meminta IPB terus berupaya menciptakan inovasi sesuai budaya bangsa. Memperkuat hulu dan hilir produksi pertanian serta menciptakan kemajuan pertanian.

Inovasi, lanjutnya, perlu terus digenjot guna mewujudkan sistem pangan produksi nasional. Salah satunya dengan meluncurkan satelit ketahanan pangan. Satelit ini dapat dimanfaatkan sebagai pengidraan jauh serta menghasilkan data awal yang lebih akurat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement