Senin 21 Jan 2019 22:00 WIB

IPB Persiapkan Trauma Healing untuk Banten

Departemen IKK FEMA IPB mempersiapkan 10 orang relawan.

Warga berjalan di sisa-sisa bangunan dan kapal yang rusak diterjang tsunami Selat Sunda di Sumur, Pandeglang, Banten, Kamis (3/1/2019).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Warga berjalan di sisa-sisa bangunan dan kapal yang rusak diterjang tsunami Selat Sunda di Sumur, Pandeglang, Banten, Kamis (3/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – IPB merespons secara cepat bencana tsunami Selat Sunda yang menimpa wilayah Banten dan Lampung. Pusat Studi Bencana, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (LPPM IPB)  bekerja sama dengan Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK), Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor (FEMA IPB) menyiapkan Tim Trauma Healing untuk korban tsunami di Banten.

Tim ini dipersiapkan dengan diawali memberikan pembekalan melalui pelatihan para tim yang akan berangkat ke lapang. Siaran pers IPB yang diterima Republika.co.id pekan lalu menyebutkan, sebagai tahap awal, Departemen IKK FEMA IPB mempersiapkan 10 orang relawan. Para relawan trauma healing terdiri dari alumni maupun mahasiswa dari program Sarjana IKK dan S2 Ilmu Keluarga. Pembekalan Tim Relawan dilakukan selama dua hari, 9 dan 10 Januari 2019.

“Materi yang diberikan mencakup pengenalan tentang psikologi trauma dan cara penanganannya, Rapid Assesment untuk Trauma Bencana, Teknik Konseling dan Praktiknya, dan Teknik Trauma Healing,” kata Kepala Pusat Studi Bencana LPPM IPB, Dr Yonvitner. 

Ia menambahkan, pembekalan disampaikan para narasumber yang juga dosen di Departemen IKK, Dr  Melly Latifah, Dr  Dwi Hastuti, dan Dr  Diah Krisnatuti. Selain itu para relawan juga dibekali dengan praktik trauma healing untuk anak-anak, dengan bermain, bernyanyi, dongeng, menggambar dan bercerita dari Tim Labschool Pendidikan Karakter IPB ISFA.

“Melalui pembekalan ini diharapkan para relawan mempunyai pengetahuan yang cukup dan sikap yang positif untuk diterjunkan ke lokasi bencana,” ujarnya. 

Yonvitner menjelaskan, program trauma healing menjadi salah satu program yang perlu dilakukan di kawasan bencana. “Kegiatan ini juga didukung oleh Caritas-Germany selama fase tanggap darurat,” tuturnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement