Selasa 11 Dec 2018 21:28 WIB

UNS Kukuhkan Dua Guru Besar Baru

Dua guru besar tersebut berasal dari Fakultas Kedokteran UNS.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Esthi Maharani
Universitas Sebelas Maret
Universitas Sebelas Maret

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Sidang Senat Terbuka Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo mengukuhkan dua guru besar baru di Auditorium UNS, Selasa (11/12). Dua guru besar tersebut berasal dari Fakultas Kedokteran UNS.

Keduanya yakni Endang Sutisna Sulaeman sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Sri Sulistyowati sebagai Guru Besar Bidang iImu Obstetri dan Ginekologi pada Fakultas Kedokteran (FK).

Endang Sutisna Sulaiman menjadi Guru Besar yang ke-195 di UNS dan Guru Besar ke-40 di Fakultas Kedokteran UNS. Sedangkan Sri Sulistyowati menjadi Guru Besar ke-196 di UNS dan Guru Besar ke-41 di Fakultas Kedokteran UNS.

Dalam sambutannya, Rektor UNS, Ravik Karsidi menyampaikan, bertambahnya Guru Besar akan berkorelasi dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan kapasitas kelembagaan UNS di dalam mengemban Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Terlebih, Endang Sutisna dinilai menguasai kepakaran dalam bidang ilmu kesehatan masyarakat dimana dari hari ke hari masalah kesehatan masyarakat menjadi masalah utama dalam membangun kualitas manusia seutuhnya. Demikian juga Sri Sulistyowati diharapkan ke depan semakin berperan penting dalam transformasi keilmuan dan pengetahuan dalam kepakaran bidang ilmu Obstetri dan Ginekologi bagi kemajuan ilmu kedokteran.

Ravik berharap, pengukuhan dua Guru Besar tersebut menjadi kado istimewa di penghujung tahun 2018, bagi UNS dan FK serta bagi bangsa dan negara Indonesia. "Semoga ini menambah kebahagiaan kita di akhir tahun ini karena baru saja UNS juga mendapat kado istimewa bahwa dalam pemeringkatan QS-Star bintang UNS bertambah satu lagi menjadi bintang tiga," kata Ravik.

Endang Sutisna membawakan orasi ilmiah berjudul Membumikan Keadilan, Pemberdayaan dan Promosi Kesehatan. Dalam orasinya, Endang mengatakan, tantangan kesehatan masyarakat terutama dalam mengatasi ketidakadilan. Sehingga, keadilan dalam kesehatan itu perlu dibumikan. Fokus keadilan kesehatan berupa kemudahan akses, pemerataan dan perolehan pelayanan. Tiga dimensi keadilan kesehatan yakni keadilan dalam status kesehatan, keadilan dalam penggunaan layanan kesehatan, dan keadilan dalam pembiayaan kesehatan.

Sementara Sri Sulistyowati membawakan orasi berjudul Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu Yang Disebabkan Preeklampsia Dengan Model Disfungsi Endotel. Dalam orasinya, Sri Sulistyowati menjelaskan Preeklampsia merupakan sebuah komplikasi pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan tanda-tanda kerusakan organ. Preeklampsia menjadi penyebab tingginya kematian ibu karena kehamilan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement