Kamis 29 Nov 2018 20:57 WIB

Mahasiswa ITS Rancang Aplikasi Lestarikan Bahasa Daerah

Saat ini tercatat ada sebanyak 709 bahasa daerah di Indonesia.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Kampus ITS
Kampus ITS

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Berawal dari keprihatinan terhadap ancaman punahnya beberapa bahasa daerah di Indonesia, tiga mahasiswa Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya merancang aplikasi bernama AkuNusa. Aplikasi inovatif ini mengajak masyarakat untuk ikut melestarikan bahasa daerah di nusantara ini. Ketiga mahasiwa tersebut ialah Cornelia Natasha, John Harison, dan Ivander William.

Ivander mengatakan, saat ini tercatat ada sebanyak 709 bahasa daerah di Indonesia. Namun dari jumlah tersebut, sebanyak 139 bahasa sudah terancam punah. “Globalisasi yang menjamur di kalangan generasi muda Indonesia juga mulai memudarkan bahasa daerah dari kehidupan sehari-hari kita,” kata Ivander melalui pesan singkatnya, Kamis (29/11).

Ivander menjelaskan, pada aplikasi ini, terdapat pilihan bahasa daerah dari berbagai pulau di Indonesia. Di dalam setiap pilihan bahasa terdapat materi dan ujian untuk menunjang pembelajaran. Ivander meyakini, materi yang disajikan ini nantinya akan sangat berguna untuk mengerjakan soal ujian.

“Terdapat tiga tingkat pembelajaran, apabila pengguna berhasil mengerjakan ujian dengan nilai minimal 60, pengguna dapat lanjut ke tingkat yang lebih tinggi,” ujar mahasiswa asal Medan ini.

Selain itu, kata dia, aplikasi AkuNusa juga dilengkapi fitur makanan khas dan tempat wisata daerah guna meningkatkan ketertarikan pengguna dalam menggunakan aplikasi tersebut. Mengingat generasi muda kini lebih suka yang praktis, tidak bertele-tele, aplikasi ini dirancang untuk mempermudah mereka dalam mempelajari bahasa sekaligus budaya daerah dalam satu tempat.

Ivander berharap, aplikasi ini dapat meningkatkan minat masyarakat Indonesia dalam mempelajari bahasa daerah. “Diharapkan pula bangsa Indonesia dapat lebih sadar dengan budaya Indonesia karena itu merupakan identitas mereka,” katanya.

Untuk pengembangan selanjutnya, mereka ingin mencoba mengaplikasikan fitur dan teknologi terbaru. Misalnya dengan pemakaian suara, karena tiap daerah memiliki dialek yang berbeda. Selain itu, tim ini juga berharap bisa mendapatkan dukungan untuk memperoleh hak paten terkait aplikasi edukatif tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement