Kamis 29 Nov 2018 17:18 WIB

Kimia UII Peroleh Visiting Professor Selama Sepekan

Ini dilakukan agar mahasiswa mempunyai nuansa diajar dosen asing.

Universitas Islam Indonesia (UII).
Foto: Ist
Universitas Islam Indonesia (UII).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Program Studi (Prodi) Kimia, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia (FMIPA UII) mendapat visiting professor selama sepekan, Senin-Sabtu (26/11-1/12). Associate Profesor Juliana Jumal yang berasal dari Universiti Sains Islam Malaysia (USIM) mengajar tentang kimia organik sintesis menggunakan bahan alam yang berguna sebagai bahan antikanker dan antioksidan. 

Visiting professor ini bagian dari kurikulum Program Studi Kimia. Bertujuan untuk mengenalkan kepada mahasiswa diajar oleh dosen asing yang minimal bergelar profesor. Kuliah yang diajar oleh dosen dari luar negeri ini agar mahasiswa mempunyai nuansa diajar dosen asing dengan pengantar Bahasa Inggris,” kata Ketua Program Studi Kimia, Dwiarso Rubiyanto, kepada wartawan di ruang kerjanya, Kamis (29/11).

Lebih lanjut Dwiarso mengatakan mahasiswa akan mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang sama tentang ilmu kimia yang disampaikan dosen asing. Prodi Kimia UII sudah terakreditasi Royal Society of Chemistry (RSC) sejak tahun 2015, sehingga visiting professor menjadi keharusan. 

“Untuk satu semester, minimal satu orang profesor mengajar di UII. Mengajar di kelas, kuliah tamu atau stadium general, diskusi yang bersifat kolaborasi untuk menjalin kerja sama dan tukar pengetahuan. Beliau memiliki indeks yang tinggi dan pengalaman publikasi banyak,” kata Dwiarso.

Selain Juliana Jumal, terang Dwiarso, ada satu lagi dosen dari USIM untuk mengikuti workshop minyak atsiri yaitu Dr Teuku Shafazila, Kamis-Sabtu (29/11-1/12/2018). Ia akan belajar minyak atsiri dan sharing riset yang telah dilakukan tentang minyak atsiri. Periode ini ada dua orang yang berbeda tujuan, tetapi dalam satu kesatuan dengan acara visiting professor. 

Menurut Dwiarso, visiting professor ini sudah sering dilakukan sehingga mahasiswa sudah terbiasa mendengarkan kuliah dengan pengantar Bahasa Inggris. Kuliah ini juga dimaksudkan untuk memantapkan kebiasaan mahasiswa mendengarkan kuliah dengan Bahasa Inggris. 

Mahasiswa juga didorong untuk aktif di dalam kelas dengan bertanya atau mengemukakan pendapatnya dalam bahasa Inggris. “Anak-anak itu lebih suka bertanya dengan bahasa Inggris. Penguasaan Bahasa Inggris juga menjadi persyaratan lulus,” ujarnya. 

Dwiarso menilai ada beberapa keuntungan mendatangkan profesor dari luar negeri. Pertama, mahasiswa tidak mengalami kesulitan ketika melanjutkan studi di luar negeri. Kedua, kepercayaan diri mahasiswa menggunakan Bahasa Inggris meningkat. Sehingga setelah lulus, mereka bisa bersaing dengan tenaga asing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement