Rabu 21 Nov 2018 15:02 WIB

Sebanyak 108 Lulusan FMIPA UII Dibekali Softskill

Kemampuan softskill tidak didapatkan ketika kuliah.

kampus universitas islam indonesia (uii) yogyakarta
Foto: foto: damanhurizuhri/republika
kampus universitas islam indonesia (uii) yogyakarta

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sebanyak 108 calon wisudawan-wisudawati Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia (FMIPA UII), mendapat pembekalan softskill di Auditorium, Senin (19/11). Hal ini dimaksudkan agar lulusan FMIPA UII memiliki bekal kepercayaan diri untuk masuk dunia kerja. 

Pembekalan tersebut diberikan dosen Psikologi UII Yogyakarta, Dr Phil Emi Zulaifah. Dekan FMIPA UII, Prof Riyanto mengatakan pembekalan ini memberikan materi tentang mempersiapkan lulusan untuk memperoleh pekerjaan sesuai yang diinginkan.

"Isinya, bagaimana cara membuat surat lamaran yang baik, bagaimana menghadapi interview yang baik, dan bagaimana mereka bisa bekerja secara tim," kata Riyanto. 

Dari sisi hardskill atau keilmuan, kata Riyanto, Ilmu Farmasi, Statistik, Kimia Analis, Pendidikan Kimia, itu sudah mumpuni. Karena pembelajaran sudah sesuai dengan transkrip yang telah dimiliki masing-masing wisudawan. 

Namun, ujar Riyanto, kemampuan softskill ini masih kelewatan, seperti kemampuan berbicara di depan umum, team work, disiplin, kerja keras, under pressure, tidak didapatkan ketika kuliah.

“Persiapan ini digunakan untuk menambah kemampuan softskill wisudawan-wisudawati agar memperlancar untuk mendapatkan pekerjaan,” kata Riyanto. 

Sementara Emi Zulaifah mengatakan saat ini ada 20,8 persen penduduk dunia menguasai 97 persen kekayaan. Sehingga kondisi di berbagai negara terjadi ‘sikut-sikutan’ agar bisa merebut kekayaan. 

Namun era disrupsi atau era industri 4.0 ini justru menguntungkan generasi muda. Sebab banyak peluang kerja yang bisa diciptakan dan bisa memberikan penghasilan lebih banyak. “Di era disrupsi lapangan kerja tidak hanya ada di Indonesia saja. Tetapi lapangan pekerjaan itu ada di berbagai negara. Hanya saja diperlukan penguasaan bahasa dan budaya,” kata Emi.

Lebih lanjut Emi, mengatakan di masa depan 65 persen anak sekolah akan menghadapi pekerjaan baru dan pekerjaan itu belum ada di masa 5-10 tahun yang lalu. Namun sayang, skill dimiliki seseorang mengalami ketidakpastian atau skill instability. Sehingga seseorang dituntut agar terus melakukan reskilling atau upskilling (peningkatan kemampuan) secara kontinyu. 

“Pekerja di masa datang harus menjadi orang yang lincah dan terus belajar. Merasa nyaman beradaptasi di tempat baru, dan memiliki keinginan untuk berpindah-pindah perusahaan,” kata Emi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement