Kamis 15 Nov 2018 20:37 WIB

Kurikulum di Universitas Harus Disesuaikan

Kurikulum itu disesuaikan untuk menghadapi revolusi industri 4.0

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Esthi Maharani
Presiden Direktur TelkomTelstra - Erik Meijer
Foto: Republika/ Wihdan
Presiden Direktur TelkomTelstra - Erik Meijer

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG- CEO Telkom Telstra, Erik Meijer mengungkapkan dalam menghadapi revolusi industri 4.0 maka universitas yang ada di Indonesia harus mulai mengubah kurikulum disesuaikan dengan perkembangan digital serta prediksi ke depan. Sebab perubahan yang terjadi saat ini sangat cepat, apabila kurikulum yang ada tidak adaptasi maka lulusan dari universitas yang ada tidak akan relevan di pasar.

“Banyak (universitas) yang sudah menyesuaikan (kurikulum) dan ada yang belum,” ujarnya disela-sela acara konferensi internasional tentang revolusi industri 4.0 dan digital business ecosystem, Kamis (15/11). Selain itu, cara mengajar dosen di universitas saat ini harus lebih inovatif sebab anak muda sekarang relatif tidak ingin belajar di kelas saja.

“Milenial sekarang gak mau duduk di kelas. Banyak cara lain, ada belajar dari Youtube dan online.  Dipikirkan cara lain,” ungkapnya. Dia mengungkapkan kerjasama antara institusi pendidikan dengan praktisi industri harus dilakukan agar mahasiswa bisa mempunyai kesempatan untuk bekerja di perusahaan.

Menurutnya, tantangan ke depan pada revolusi industri 4.0 adalah banyaknya resiko dari sisi etika dan moral.  Ia mengatakan, mereka yang menciptakan teknologi harus memikirkan agar produk yang dibuat tidak menimbulkan dampak negatif. Oleh karena itu, universitas harus memahamkan kepada mahasiswa agar inovasi yang dilahirkan dijalankan dengan moral yang tinggi.

“Contoh sederhana, Mark Zuckerberg membuat robot yang diberikan kemampuan mesin learning. Robot bisa belajar dari yang dilakukan sehari-hari, tanpa diantisipasi apa yang dilakukan robot beberapa kemudian (berbicara) bahasanya lebih efisien dan manusia tidak mengerti. Kalau seperti itu bagaimana bisa mengendalikan, ada resiko bahaya,” katanya.

Ia menambahkan, dengan perkembangan teknologi dan revolusi industri 4.0 maka diprediksi ke depan pekerjaan low level akan diambil alih oleh mesin dan pengangguran di segmen tersebut akan meningkat. Namun di satu sisi mereka tidak bisa mengikuti tren teknologi karena teknologi mahal. Sehingga akan melahirkan mereka yang kaya akan menjadi lebih kaya dan yang miskin lebih miskin. Oleh karena itu, para pencipta harus memikirkan hal tersebut.

Erik menambahkan, di era digital jenis karier yang diinginkan oleh anak-anak muda milenial mulai terjadi perubahan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh lembaga survei, anak muda sekarang lebih menginginkan jenis pekerjaan atau karier diantaranya sebagai Youtuber, Vlogger dan lainnya. “Perubahan dari sisi jenis karier mulai jelas kelihatan, beberapa job baru yang ada dulu gak ada seperti data analis,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement