Rabu 17 Oct 2018 14:16 WIB

Ewindo Jaring Peneliti Muda dari 17 Kampus

Penghargaan diperuntukan bagi peneliti muda khususnya yang tertarik sektor pertanian.

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Agus Yulianto
Mahasiswa dari Universitas Sumatera Utara (USU) sedang mempresentasikan kotak hitam yang bisa mengeringkan sayuran, di acara Panah Merah Inovasi Award (PMIA) PT Ewindo, di Desa Benteng, Kecamatan Campaka, Purwakarta, Selasa (16/10).
Foto: Foto: Ita Nina Winarsih
Mahasiswa dari Universitas Sumatera Utara (USU) sedang mempresentasikan kotak hitam yang bisa mengeringkan sayuran, di acara Panah Merah Inovasi Award (PMIA) PT Ewindo, di Desa Benteng, Kecamatan Campaka, Purwakarta, Selasa (16/10).

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Perusahaan benih sayuran tropis hibrida, PT East West Seed Indonesia (Ewindo) menjaring peneliti muda di kalangan mahasiswa. Para mahasiswa ini, dituntut untuk menyerahkan dan mempresentasekan hasil penelitiannya. Terutama, terkait dengan tema 'smart vegetables farming for sustainable food production'.

Direktur Sales dan Marketing PT Ewindo, Afrizal Gindow, mengatakan, para peneliti muda ini mengikuti kompetesi dari panah merah inovasi award (PMIA) yang diselenggarakan Ewindo. Penghargaan ini, memang diperuntukan bagi para peneliti muda di kalangan mahasiswa yang tertarik dalam sektor pertanian dan hortikultura.

"PMIA tahun ini, diikuti 34 peserta dari 17 perguruan tinggi. Nanti, hasil penelitian mereka kita seleksi jadi 10 besar. Lalu, diseleksi lagi jadi tiga besar," ujar Afrizal, kepada Republika.co.id, Selasa (16/10).

Adapun kampus yang turut memeriahkan penghargaan ini, lanjut Afrizal, merupakan perguruan tinggi ternama di Indonesia. Seperti, Universitas Indonesia, IPB, ITB, UGM, UNPAD, Universitas Brawijaya, Universitas Jember, Universitas Sumatera Utara (USU), UNILA, UNSUD, dan Universitas Lampung.

Adapun, panelis dan dewan juri lomba inovasi ini adalah guru besar Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Prof Kudang Boro Seminar, Pakar Teknologi Informasi UGM Prof I Wayan Mustika, Kepala Laboratorium Pusat Mikroelektronika ITB DR Irman Idris, dan Direktur R&D Ewindo Asep Harpenas.

Afrizal menuturkan, alasan perusahaannya membuat lomba inovasi untuk kalangan mahasiswa ini,  karena saat ini sektor pertanian mengalami revolusi. Sektor ini, sudah mengenal istilah smart farming. Maksudnya, semakin banyak petani, agribisnis, agroindustri dan konsumen mulai mengadopsi teknologi tinggi dan inovasi berbasis data digital untuk sektor ini.

"Jadi, saat ini pertanian kita sudah sangat welcome dengan teknologi," ujarnya.

Apalagi, ada tiga aspek sistem pertanian untuk menghadapi perubahan dari pertanian tradisional menjadi pertanian modern. Pertama adalah precision agriculture, yaitu menerapkan sensor digital untuk memantau dan mengukur secara akurat air yang dibutuhkan, struktur tanah, kandungan bahan organik, tingkat kelembaban air, kadar mineral, hasil panen, topografi lapangan, serta serangan hama dan patogen. 

Kedua, sistem manajemen informasi yaitu mengumpulkan, menyimpan pemrosesan dan mendistribusikan data untuk menggambarkan operasi dan fungsi pertanian. Ketiga, adalah agricultural automation and robotics. Yaitu, menerapkan robot, mesin otomatis dan intelijen untuk meningkatkan efisiensi dan produksi pertanian.

"Salah satu kunci keberhasilan pengembangan industri hortikultura adalah kekuatan riset dan inovasi khususnya berbasis data digital," ujarnya.

Jadi, sudah saatnya para mahasiswa ini membantu sektor pertanian. Supaya, sektor ini bisa terus produktif, inovatif, serta berbasis data. Kemudian, hasil penelitian para mahasiswa ini, akan menjadi milik Ewindo. Karenanya, mereka yang menjadi juara tiga besar, akan diberi uang (beasiswa) pendidikan.

Untuk juara satu, hadiahnya sebesar Rp 18 juta. Sedangkan, juara dua mendapat hadiah Rp 12,5 juta. Untuk juara ketiga, mendapat uang pendidikan sebesar Rp 7,5 juta.

"Harapan lebih jauhnya, para mahasiwa yang berhasil masuk nominasi, ketika mereka lulus bisa menjadi peneliti di perusahaan kita," ujarnya

Sementara itu, Yasmin Fiqx Nisa peserta PMIA Ewindo, mengaku, sangat senang bisa berkompetisi melalui ajang penghargaan ini. Dalam kontes ini, mahasiswi semester V, jurusan Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, memaparkan mengenai AISA-Bot.

"Jadi, saya melakukan penelitian dengan media robot. Robot ini, bisa memotret melalui citra satelit untuk mengetahui data yang dibutuhkan oleh petani," ujarnya.

Robot prototype berukuran 30 cm x 25 cm ini, bisa mendeteksi kandungan unsur hara dari hamparan lahan pertanian. Melalui foto citra satelit dari robot ini, maka akan diketahui berapa unsur hara dari tanah tersebut. Lalu, kebutuhan pupuknya berapa supaya hasilnya maksimal.

"Bahkan, robot ini bisa dikembangkan menjadi multi fungsi yang bisa melalukan pemupukan, menyiangi tanaman serta pemetaan lahan," ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement