Senin 08 Oct 2018 18:56 WIB

Program Pesantrenisasi UII Hadirkan Materi Kebangsaan

Pesantrenisasi ini diberikan sebelum mahasiswa melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Yusuf Assidiq
Rektor UII, Fathul Wahid.
Foto: Neni Ridarineni.
Rektor UII, Fathul Wahid.

REPUBLIKA.CO.ID,  YOGYAKARTA -- Lunturnya nilai-nilai kebangsaan dan berkembangnya faham yang cenderung anti kedamaian mapun radikal termasuk di kalangan mahasiswa, menjadi keprihatinan bersama. Hal itu disampaikan Rektor Universitas Islam Indonesia  (UII), Fathul Wahid, pada wartawan usai beraudiensi dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Gedhong Wilis Kepatihan Yogyakarta, Senin (8/10). 

Dikatakan, sebagai bentuk kepedulian, UII sudah merespons. Di antaranya di kalangan mahasiswa ada program pesantrenisasi, yang salah satu materinya tentang kebangsaan. Pesantrenisasi ini diberikan sebelum mahasiswa melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN ) yang berlangsung selama dua pekan.

"Sehingga saat mahasiswa terjun ke lokasi KKN sensitivitasnya lebih terasa, peduli terhadap masyarakat, bangsa, dan negara," ujarnya.

Di samping itu, pihaknya juga meneguhkan Islam yang dikembangkan UII adalah Islam 'Wasathiyah' (Islam jalan tengah) yang bisa merangkul, merengkuh, dan menghargai pemikiran Islam. “Jadi, UII menjadi rumah besar bersama, kita tidak ingin ditarik ke satu atau dua warna saja. Dengan demikian, insya Allah kedamaian bisa diciptakan terus,” kata Fathul.

Terkait dengan kebangsaan, ia menambahkan, UII tidak bisa dilepas dari bangsa ini karena pendiri UII dan bangsa ini orangnya sama seperti M Hatta, Moh Yamin, KH Wahid Hasyim, serta KH Mas Mansyur. "Dan, kita punya tujuan yang sama yakni bagaimana nilai-nilai kebangsaan nasionalisme diberikan di kalangan mahasiswa dan dosen," ujarnya.

Menurut dia, kampus seharusnya menjadi salah satu yang terdepan mengawal nilai termasuk nila-nilai kebangsaan.  “Harapannya bagaimana UII bisa mengembangkan kajian dan program  studi yang lebih spesifik, sesuai kebutuhan seperti pengembangan kawasan menjadi lebih penting apalagi sekarang Yogya menghadap selatan. Hal ini sedang kita pikirkan bagaimana caranya,” kata Fathul.

Di bagian lain ia mengatakan ada rencana  pengembangan UII di luar kota. Hal ini sedang digodok dan dipikirkan apakah di Kalimantan atau Jakarta. Hal ini akan dilakukan studi dulu dan regulasinya memungkinkan, tetapi tidak seluasa dulu.

"Dulu UII pernah ada 22  fakultas di luar DIY seperti di Gorontalo, Madiun, Bangil, Cirebon, Solo, dan Purwokerto. Namun karena dulu ada kebijakan harus di satu kota, maka fakultas UII yang ada di luar kota ditutup," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement