Senin 01 Oct 2018 17:49 WIB

UNY Tuan Rumah Konferensi Internasional Germanistik

Saat ini, sekitar 7.700 anak muda belajar bahasa Jerman setiap tahun.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Konferensi Internasional Germanistik di Ruang Sidang Pascasarjana UNY.
Foto: Dokumen.
Konferensi Internasional Germanistik di Ruang Sidang Pascasarjana UNY.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mendapat kepercayaan menjadi tuan rumah Konferensi Internasional Germanistik. Gelaran itu menghadirkan berbagai pembicara dari berbagai perguruan tinggi dunia.

Konferensi International Germanistik diisi Ulrich Ammon dari Universitas Duisburg Jerman, Christianne Weller dari Monash University Melbourne, dan Pakini Akkramas dari Ramkhamhaeng University Bangkok.

Ada pula Pawan Surana dari Jaipur National of University India, Le Tuyet Nga dari Vietnam National University, dan Dang THi Thu Hien dari Hanoi University. Pratomo Widodo bertindak sebagai Ketua Asosiasi Germanistik.

Pratomo menilai, gelaran ini berada dalam situasi yang lebih baik sebagai tempat pertemuan dan pertukaran ilmiah. Termasuk, dilihat dari segi jumlah dan keragaman peserta dan taraf keinternasionalan.

"Konferensi ini telah mengalami banyak kemajuan, kami menerima 97 abstrak yang berasal dari Indonesia, Thailand, Vietnam, India, Jerman, dan Austria," kata Pratomo, di Ruang Sidang Pascasarjana UNY.

Ia merasa, berkat integrasi Asosiasi Germanistik Indonesia ke dalam Asosiasi Germanistik dan Asosiasi Guru-Guru Bahasa Jerman di Asia Tenggara, konferensi ini telah mendapat sambutan yang sangat baik.

Tidak cuma ahli-ahli Germanistik dan guru-guru bahasa Jerman di negara-negara ASEAN, melainkan dari luar ASEAN. Kepalada Deutscher Akademischer Austauschdienst Jakarta, Thomas Zettler, mengaku gembira ada atas gelaran ini.

Termasuk, karena dapat diberikan kesempatan untuk pertukaran keilmuan secara intensif. Artinya, memberikan kesempatan kepada para mahasiswa dan ilmuwan-ilmuwan muda untuk melihat studi Bahasa Jerman.

"Untuk menemukan dan mengembangkan berbagai kepentingan ilmiah, konferensi ini memberikan kita semua kesempatan untuk memikirkan ulang berbagai hal tentang bahasa Jerman dalam kondisi saat ini dan masa depan," ujar Thomas.

Pimpinan Goethe Institut Indonesia, Heinrich Blomeke, memberikan apresiasi positif peningkatan animo untuk belajar Bahasa Jerman di Indonesia. Apalagi, promosi Bahasa Jerman di luar negeri merupakan salah satu tugas mereka.

Saat ini, sekitar 7.700 anak muda belajar bahasa Jerman setiap tahun sebagian besar bertujuan untuk melanjutkan studi di Jerman. Seperti yang saat ini dan yang ada di masa lalu.

Terutama, mereka yang studi bidang teknik. Selain Goethe Institut, bahasa Jerman diajarkan sekitar 5.000 sekolah di Indonesia. Untuk mendukung program Goethe mengandalkan 46 Deutsch Multiplikator di 23 lokasi.

"Para multiplikator ini merupakan instrumen yang paling penting untuk mempromosikan pelajaran bahasa Jerman dalam konteks sekolah nasional," kata Heinrich.

Konferensi dibuka Wakil Rektor UNY dan ditandai pemukulan gong. Tema yang diangkat merupakan DaF, Germanistik, German Studies. Vergleichende Perspektiven auf akademische Diskurse, Lehr, und Lernpraktiken in Sud(ost)asien.

Tema itu bertujuan memancing diskusi-diskusi yang lebih beragam mengenai kajian bidang pengajaran bahasa, budaya dan sastra Jerman. Tentunya, tidak cuma di ASEAN melainkan Australia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement