Selasa 18 Sep 2018 16:21 WIB

UMY Gelar Sunatan Massal di Maluku Utara

Sunatan massal ini menjadi sarana berdakwah dan pengabdian terhadap masyarakat.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Kegiatan sunatan massal yang dilakukan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) di Maluku Utara.
Foto: Dokumen.
Kegiatan sunatan massal yang dilakukan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) di Maluku Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menyelengarakan Ukhuwah Pengabdian Bersama Membangun Indonesia di Maluku Utara. Sunatan massal jadi salah satu kegiatan yang dilakukan di beberapa lokasi di Maluku Utara.

Sebanyak 30 orang dari UMY sebelumnya memang telah diberangkatkan ke Maluku Utara ke Yogyakarta. Kelompok pertama melakukan observasi pencarian data perihal keadaan sosial, ekonomi, pendidikan, dan agama di sana.

Kelompok itu terdiri dari Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) dan dosen dari Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU). Sedangkan, kelompok kedua melakukan dakwah lewat sunatan massal.

Kegiatan itu dirasa pas lantaran kelompok ini terdiri dari Tim Kesehatan dari RS Nur Hidayah Bantul, dan dosen serta alumni Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY. Sunatan massal dilakukan di sejumlah daerah di Maluku Utara.

Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY, Sagiran mengatakan, kegiatan yang dipimpinnya merupakan bentuk terapan salah satu Catur Dharma perguruan tinggi Muhammadiyah. Yaitu, dakwah Al Islam dan Kemuhammadiyahan.

"Kegiatan kali ini bisa saya bilang sebagai bentuk pengabdian UMY terhadap bangsa karena tim medis yang berangkat ke Maluku Utara adalah mereka yang pernah menjadi mahasiswa di FKIK UMY," kata Sagiran.

Bahkan, lanjut Sagiran, ada seorang dokter dari Ternate bernama Nina yang memfasilitasi dan mendukung kegiatan ini berlangsung. Sunatan massal ini menjadi sarana berdakwah dan pengabdian terhadap masyarakat di Maluku Utara.

Sejatinya, prosesi sunat atau khittan bukan cuma kegiatan medis belaka, tapi merupakan kewajiban bagi seorang pria Muslim. Karenanya, program ini sangat membantu bagi, apalagi di sana tenaga medis Muslim masih sangat jarang.

Kegiatan berlangsung selama lima hari mulai 21-25 Agustus 2018 lalu. Lantaran sunatan massal dilakukan di beberapa tempat, tim medis yang bertugas dibagi menjadi lima kelompok.

Tim satu membawahi Ternate, Tidore dan Sofifi, tim dua di Weda, tim tiga di Tobelo, tim empat di Subaim dan tim lima dilakukan di Ambon dan Pulau Seram. Total peserta yang mengikuti sunatan massal berjumlah 2.663 orang.

Sebanyak 692 orang ditangani tim satu, 352 orang tim dua, 505 orang tim tiga, 236 orang di tim empat dan 878 orang ditangani tim lima. Jumlah ini melebihi dari rencana awal yang hanya menargetkan 2.500 orang.

Peserta yang berpartisipasi dalam kegiatan ini berasal dari beragam usia, mulai dari bayi yang berumur 2,5 bulan sampai pria dengan usia 53 tahun. Sebelum berangkat, sudah ditargetkan para mualaf agar dapat terbantu.

Sesuai harapan, terdapat 300 orang mualaf yang menjadi pasien khitan. Usianya beragam mulai 14-53 tahun. Di Ternate, yang seharusnya dilakukan 21 Agustus 2018, menjadi 25 Agustus 2018 di Masjid Muhajirin.

Selain khitan massal, dilakukan kunjungan ke RS Islam PKU Muhammadiyah Maluku Utara yang mengalami masalah akreditasi rumah sakit. Sagiran sendiri Kepala Divisi Sertifikasi Syariah Majlis Upaya Kesehatan Islam Seluruh Indonesia (Mukisi).

"Semua berharap agar kegiatan yang dijalankan dapat memberikan efek positif terhadap perkembangan dan kesejahteraan kehidupan di tanah Maluku, tempat yang mendapat julukan sebagai Negeri Para Raja," ujar Sagiran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement