Selasa 28 Aug 2018 14:07 WIB

Pengusulan Pendirian Politeknik Bakal Dipermudah

Pendirian politeknik membutuhkan dana yang sangat tinggi.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Dwi Murdaningsih
Pengunjung melihat pameran foto bertajuk Visualektika II di Politeknik Negeri Media Kreatif, Jagakarsa, Jakarta, Jumat (3/8).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pengunjung melihat pameran foto bertajuk Visualektika II di Politeknik Negeri Media Kreatif, Jagakarsa, Jakarta, Jumat (3/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) bakal semakin mempermudah pengusulan pendirian politeknik di Indonesia. Jumlah politeknik di Indonesia masih terhitung jari, padahal untuk menghadapi era revolusi industri 4.0 pendidikan vokasi harus lebih diperbanyak.

Direktur Jenderal Kelembagaan Patdono Suwignjo mengaku, meski telah didukung dan dipermudah minat pendirian Politeknik masih tetap minim. Pada tahun 2017 saja hanya 8 yang mengusulkan pendirian politeknik. Dia memperkirakan, minimnya minat itu karena modal pendirian politeknik sangatlah mahal bisa mencapai Rp 250 hingga Rp 300 miliar untuk jumlah mahasiswa 2000 hingga 2.500 mahasiswa.

“Mendirikan politeknik itu udah mahal, tapi tidak ada anak orang kaya yang mau kuliah di politeknik. Jadi kalau ditarif uang gedung Rp 100 juta atau Rp 50 juta saja gak ada yang mau, coba kalau kedokteran ditarif Rp 500 juta, itu pada antri,” ujar Patdono usai acara Forum Konsultasi Publik Layanan Direktorat Jenderal Kelembagaan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Perguruan Tinggi di Gedung Kemenristekdikti Jakarta, Selasa (28/8).

Kemenristekdikti Targetkan Kurangi Seribu Kampus Tahun Ini

Hingga saat ini, kata Patdono, dukungan yang diberikan Kemenristekdikti masih sebatas mempermudah proses perizinan. Sedangkan dalam pendanaan tidak dibantu, karena memang selama ini pemerintah masih memokuskan anggaran untuk pembangunan infrastruktur. Sehingga tidak ada anggaran untuk pembangunan sarana prasana pendidikan tinggi.

“Maka yang kita sarankan itu ya industri-industri untuk membuat politeknik,” tegas Patdono.

Dia mengklaim, respons dari industri dalam mendirikan politeknik sudah cukup baik misalnya Summarecon yang membuka Politeknik Summarecon. Sehingga walaupun modal pendirian politeknik mahal, namun industri memiliki anggaran yang cukup.

“Yang masalah kan jika yang buka politeknik itu bukan dari industri. Tapi kalau industri dia punya anggaran yang namanya CSR. Jadi kan memang politeknis yang bagus itu yang kerja sama dengan industri,” kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement