Kamis 09 Aug 2018 18:57 WIB

UIN Ar Raniry Gabungkan 2 Konferensi Internasional

Kedua konferensi tersebut adalah ARICIN II dan ICAIOS VII.

Prof Anthony Reid memaparkan materi sebagai keynote speaker pada konferensi internasional di UIN Ar-Raniry.
Foto: Dok UIN Ar-Raniry
Prof Anthony Reid memaparkan materi sebagai keynote speaker pada konferensi internasional di UIN Ar-Raniry.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Seratusan pakar dari berbagai disiplin ilmu memaparkan makalah pada konferensi internasional yang digelar di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, Kamis (9/8). Konferensi tersebut merupakan gabungan antara Ar-Raniry International Conference on Islamic Studies (ARICIS) II dan International Conference on Aceh and Indian Ocean Studies (ICAIOS) VII.

Ketua Panitia, Dr  Teuku Zulfikar, di sela-sela konferensi,  di Auditorium Ali Hasjmy UIN Ar-Raniry mengatakan, konferensi internasional tahun 2018 ini merupakan salah satu kegiatan yang besar dilaksanakan di UIN Ar-Raniry. Hal tersebut karena secara kebetulan bergabung dua konferensi, yaitu ARICIN II dan ICAIOS VII.

“Ini merupakan konferensi internasional yang sangat bersejarah, karena dapat digabungkan antara ARICIS yang merupakan konferensi reguler yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali oleh UIN Ar-Raniry, sementara ICAIOS merupakan konferensi internasional yang dibentuk oleh tiga perguruan tinggi di Aceh dan UIN Ar-Raniry juga merupakan salah satu pengelola dari ICAIOS tersebut selain Unsyiah dan Unimal,” ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (9/8).

Ia mengemukakan,  pada tahun 2018 UIN Ar-Raniry menjadi tuan rumah ICAIOS VII. Lalu, konferensi internasional ini digabung dengan ARICIS II, sehingga konferensi ini lebih bergaung kerena bergabung dua konferensi.

 

“Temanya disesuaikan yakni yang berhubungan dengan sejarah, indentitas, budaya, ekonomi, politik, serta bagaimana melihat dan mempertahankan keislaman. Seminar tersebut bertajuk Islam and Social Justice: Toward Sustainable Peace in Regional and Global Context,” tuturnya.

Zulfikar menambahkan, rangkaian konferensi tersebut berlangsung selama satu minggu dengan berbagai kegiatan di antaranya bedah buku. Khusus konferensi dilaksanakn selama dua hari (8-9 Agustus), diikuti oleh presenter dari dalam dan luar negeri. Beberapa peserta datang dari Findlandia, Australia, Singapura, Malaysia, Thailand dan Turki. Sementar dari tingkat nasional hadir dari Malang, Bogor, Jakarta, Pare-pare serta dari beberapa kota di Sumatera.

“Semua presenter berjumlah 105 orang mempresentasikan makalahnya dalam berbagai panel yang telah ditentukan panitia. Konferensi ini dibagi beberapa tepologi. Pertama presentasi oleh dua  orang keynote speaker, lima  orang invited speaker, lima orang featured speaker selanjutnya juga ada sejumlah presenter dan invited panel,” paparnya.

Disebutkan, dua keynote speaker yakni Prof Anthony Reid (ahli sejarah Aceh dan Asia Tenggara)  dan Prof  Eko Prasojo (ahli administrasi dari UI Jakarta), hadir juga pemakalah lainnya seperti Prof  Yusny Saby dari UIN Ar-Raniry, Prof  Farid Sufian Shuaib dari International Islamic University Malaysia (IIUM) serta puluhan pemakalah lainnya.

Menurut Zulfikar, secara umum para pemakalah membahas tentang keislaman, politik serta perdamaian. Misalnya Anthony Reid dalam papernya menjelaskan tentang peran penting Aceh dalam sejarah Asia Tenggara. Sementara Yusny Saby menekankan pentingnya moderatisme Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ia menyajikan dasar-dasar Islam Moderat yang bersumber dalam Al-Qur’an, Hadits, dan penafsiran para ulama terdahulu.

Ke depan, konferensi diharapkan mendapat dukungan yang lebih besar dari pimpinan UIN Ar-Raniry dan akan berlanjut pada tahun selanjutnya. Yakni, sebagai konferensi regular yang menjadi program khusus dari UIN Ar-Raniry. “Kita juga berharap dukungan penuh dari dosen dan civitas akademika UIN Ar-Raniry, sehingga kajian ilmiah ini dapat berjalan dengan baik,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement