Rabu 01 Aug 2018 16:04 WIB

Dubes RI & Peneliti UI Teliti Islam Masuk ke Nusantara

Penelitian ini mengkaji kemungkinan masuknya Islam di Nusantara dari Kaukasus.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat meninjau pemakaman Mahligai di Barus, Sumatra Utara (24/3).
Foto: setkab.go.id
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat meninjau pemakaman Mahligai di Barus, Sumatra Utara (24/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar RI untuk Azerbaijan, Husnan Bey Fananie, dan tiga peneliti dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI) akan mengadakan penelitian bersama tentang kemungkinan masuknya Islam di Nusantara dari wilayah Kaukasus, khususnya Azerbaijan. Tiga peneliti FIB UI, yakni Maman S Mahayana, Bastian Zulyeno, Ghilman Assilmi, dan Chaidir Ashari. 

"Saya selaku Dubes RI di Azerbaijan dengan bantuan para dosen dan peneliti dari FIB UI akan mengadakan penelitian tentang sejarah masuknya Islam di Indonesia," kata Duta Besar Husnan kepada wartawan melalui pesan singkat yang diterima di Jakarta, Rabu (1/7).

Dia menjelaskan, penelitian tersebut berkaitan dengan kesamaan materi budaya yang ditemukan di Indonesia dan Azerbaijan. Kesamaan materi budaya ini menunjukan adanya kemungkinan besar pengaruh Kaukasus dalam proses masuknya Islam ke Nusantara

Menurut Bastian, yang beberapa waktu lalu sempat melakukan penelitian pendahuluan, ada hubungan antara penduduk Azerbaijan dan Indonesia. Hal ini dilihat dari kesamaan nisan kuno yang ada di kedua negara tersebut, khususnya yang ada di Barus (Sumatra Utara) dan Aceh.

"Saya sempat melakukan pengamatan lapangan di daerah Sundu dan Maraza, Azerbaijan. Nisan kuno yang ada di Barus dan Aceh memiliki bentuk dan karakteristik yang sama dengan yang ada di wilayah tersebut," kata Bastian.

Sebelumnya, pada April 2017, Presiden Joko Widodo meresmikan Tugu Titik Nol Peradaban Islam Nusantara di Pantai Barus. Bastian berpendapat jika dilihat dari materi budaya, nisan-nisan tersebut memiliki inskripsi dan simbol-simbol yang biasa ditulis pada nisan dan umumnya terdapat pada pemakaman tokoh sufi atau raja-raja.

Lokasi nisan-nisan di kedua wilayah berbeda negara tersebut juga sama-sama berada di atas bukit. Masyarakat Islam merupakan mayoritas di Indonesia dan jumlahnya merupakan yang terbesar di dunia. 

Namun, sejarah masuk dan berkembangnya agama ini di Nusantara masih menjadi perdebatan. Sampai kini, belum ada kesepakatan di antara para ahli sejarah mengenai awal kedatangan Islam serta pembawa ajaran tersebut.

Sementara ini teori-teori yang ada tentang masuknya Islam ke Nusantara atau kepulauan Indonesia, dapat dibagi menjadi dua kategori. Kategori pertama menyebutkan penyebaran agama Islam ke Indonesia terjadi pada abad ke-7 M.

Dari periode itu berarti masuknya Islam hampir bersamaan dengan meluasnya kekuasaan Daulah Islam di bawah kekuasaan Bani Umayyah (661-750 M) ke luar wilayah Jazirah Arab yang sekarang disebut sebagai Timur Tengah. Pendukung teori pertama ini, antara lain WP Groeneveldt, TW Arnold, Syed Naquib Al-Attas, J.C. van Leur, Hamka, dan Uka Tjandrasasmita.

Kategori teori kedua menyebutkan penyebaran Islam ke wilayah kepulauan Indonesia baru terjadi pada abad ke-13 M. Pendukung dari kategori teori ke dua ini, antara lain C Snouck Hourgronje, RA Kern, JP Moquette, dan Haji Agus Salim. Teori kedua tersebut menunjukkan Islam menyebar ke Nusantara pada masa Bani Abasiyyah (750-1258 M) menjadi penguasa di Timur Tengah.

Husnan berharap penelitian ini menghasilkan sebuah paradigma baru tentang sejarah masuknya Islam di Indonesia yang selama ini masih bias dan didominasi oleh teori Gujarat dan Timur Tengah. "Kami dan tim peneliti berkeyakinan bahwa pada awal-awal kedatangan Islam di Nusantara, ada pengaruh dari wilayah lain selain Gujarat dan Timur Tengah yang ikut menyebarkan Islam di Indonesia," kata Duta Besar.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement