Senin 16 Jul 2018 16:12 WIB

UGM Susun Peta Jalur Evakuasi Tsunami Bagi Difabel Netra

Peta taktual menggunakan huruf braille.

Rep: wahyu suryana/ Red: Muhammad Hafil
Tuna netra
Tuna netra

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Gadjah Mada (UGM) membuat peta taktual (alat untuk tunanetra) jalur evakuasi bencana tsunami untuk tunanetra. Keprihatinan minimnya pelibatan disabilitas dalam pelatihan pengurangan resiko bencana.

"Peta taktual ini kami buat dan kami desain secara khusus bagi difabel netra dengan menggunakan huruf braille," kata Ketua Tim, Dyah Luhmayang, beberapa waktu lalu.

Keprihatinan, terutama dirasakan dari berbagai pelatihan pengurangan risiko bencana di Desa Parangtritis, Kabupaten Bantul, DIY. Padahal, Parangtritis dekat Samudera Hindia dan tergolong rentan gempa berpotensi tsunami.

Ini menjadikan kelompok tunanetra yang tinggal di Desa Parangtritis sebagai salah satu kelompok yang sangat rentan terhadap bencana. Kondisi itu yang mendorong pembuatan peta.

Akhirnya, Dyah, Aisyah Novitarima (Teknik Geodesi), Dyah Luhmayang (Kartografi dan Penginderaan Jauh), Bima Indra Permana (Teknik PWK) dan Tio Tegar Wicaksono (Ilmu Hukum) berinisiatif menyusun peta taktual.

"Agar para penyandang tuna netra di wilayah-wilayah tersebut dapat melakukan penyelamatan secara mandiri apabila terjadi bencana," ujar Dyah.

Ide pengembangan peta mendapatkan apresiasi positif dari Kemenristekdikti dan dana hibah penelitian dan pengembangan melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat 2018.

Dalam proses, Tim PKM-M UGM menggandeng LSM Dria Manunggal yaitu LSM yang fokus pembuatan peta taktual di Indonesia. Pengembangan dilakukan di bawah bimbingan Dosen Fakultas geografi UGM, Noorhadi Rahardjo.

Ini merupakan program pengabdian masyarakat yang dilakukan di Parangtritis sejak April 2018. Temanya Strategi Peningkatan Kapasitas Masyarakat Difabel Netra Menjadi Manusia Tangguh Bencana melalui Pembuatan Peta Taktual Jalur Evakuasi Bencana Tsunami di Desa Parangtritis.

Program pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk menciptakan masyarakat tunanetra yang tangguh dalam menghadapi bencana. Selain membuat peta evakuasi, kelimanya melakukan sosialisasi dan pelatihan.

Utamanya, pelatihan pengurangan risiko bencana bagi penyandang difabel netra dan keluarganya. Pelatihan menggandeng Forum Pengurangan Risiko Bencana Desa Parangtritis, dan ASB Indonesia.

"Terbantu dengan peta taktual ini dalam mengenali letak titik evakuasi," kata salah satu warga difabel netra yang tinggal di Dusun Mancingan, Slamet Riadi, yang mengikuti pelatihan.

Kehadiran peta taktual jalur evakuasi bencana gempa tsunami dan sosialisasi pengurangan risiko bencana yang dilakukan mahasiswa-mahasiswa UGM ini turut mendapat sambutan positif Forum Pengurangan Risiko Bencana.

"Ke depan akan melibatkan para penyandang difabel netra dalam pelatihan pengurangan risiko bencana," ujar Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana, Suroso. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement