Ahad 08 Jul 2018 18:03 WIB

Kulit Pisang Dapat Dimanfaatkan Sebagai Pestisida Nabati

Kulit pisang banyak mengandung flavonoid dan saponin.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Pestisida nabati berbahan dasar kulit pisang untuk membasmi hama.
Foto: Dokumen.
Pestisida nabati berbahan dasar kulit pisang untuk membasmi hama.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mengembangkan pembuatan pestisida dari bahan-bahan nabati. Kulit pisang, jadi bahan yang banyak terbuang dan sukses dikembangkan menjadi pestisida nabati.

Ketersediaan hasil-hasil pertanian seperti tomat banyak terganggu akibat gangguan dari hama maupun patogen tanaman. Biasanya, petani menggunakan insektisida untuk membasmi hama tersebut.

Penggunaan pestisida sintetik dalam bidang pertanian banyak dilakukan untuk mengendalikan hama dan penyakit karena terbukti sangat cepat, praktis, dan efektif. Sayang, sukar terdegradasi secara alami secara alami dan mencemari lingkungan.

Untuk meminimalisir itu, dibuatlah pestisida alami yang memanfaatkan senyawa-senyawa bioaktif dari tumbuhan. Prihatin atas kondisi itu, tiga mahasiswa UNY meneliti kulit pisang untuk dijadikan pestisida alami.

Mereka berasal dari Prodi Biologi FMIPA UNY yaitu Muhson Isroni, Angela Enggar Paskariani, dan Fauzi Fandy Setiawan. Ketua tim, Muhson, mengatakan tanaman tomat sering diserang bakteri ralstonia solanacearum yang membuat penyakit layu bakteri.

"Daun akan menjadi layu dalam waktu singkat dengan warna tetap hijau seperti tanaman sehat, tapi telah kehilangan turgornya," kata Muhson, beberapa waktu lalu.

Hal ini dinilai bisa di atasi menggunakan pestisida, terutama yang berbahan dasar alamiah. Ia merasa, pestisida nabati merupakan bahan yang mudah terurai lingkungan, sehingga tidak dikhawatirkan menimbulkan bahaya dan efek samping ke lingkungan.

Angela menjelaskan, salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati di antaranya kulit pisang. Pasalnya, kulit pisang banyak mengandung flavonoid dan saponin yang selama ini banyak terbuang. "Karena itu, kami manfaatkan menjadi pestisida alami," ujar Angela.

Flavonoid, lanjut Angela, akan membentuk senyawa kompleks dengan protein eksraseluler dan terlarut, sehingga dapat merusak membrane sel bakteri diikuti keluarnya senyawa intraseluler.

Fauzi menambahkan, penelitian yang dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNY itu mengambil subjek ekstrak kulit pisang varietas pisang ambon, kepok, dan raja.

Bahan yang digunakan merupakan kultur murni bakteri Ralstonia solanacearum, limbah kulit pisang ambon, kepok dan raja, alkohol 70 persen, aquades, NA, dan NB methanol Diperlukan pula kertas payung, plasti wrape, aluminium foil, dan kertas cakram.

Selain itu, diperlukan medium kings B. Protease Peptone Nomor 4 20 gram, K2HPO4 1.5 g/l, MgS04.7H20 1,5 g/l, Agar 15 gram, Glycerol 15 mililiter, Aquades 1, Kloroform,

H2So4, asam asetat, etanol, HCL, bubuk Mg, FeCl3 1 persen, dan NaCl.

"Prosedur penelitiannya mulai dari uji senyawa fitokimia, pembuatan ekstrak, pembuatan media, peremajaan biakan bakteri, uji daya hambat, analisis, dan uji data," kata Fauzi.

Bila layak digunakan, dilakukan penelitian lapangan setelah penelitian laborat usai. Penelitian ini berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang penelitian 2018.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement