Kamis 05 Jul 2018 09:19 WIB

Jurnal Indonesia Masuk Standar Dunia

Publikasi ilmiah Indonesia di tingkat ASEAN menduduki posisi kedua setelah Malaysia

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Esthi Maharani
jurnal ilmiah
Foto: fhui
jurnal ilmiah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir mengatakan, per tanggal 22 Juni 2018, publikasi ilmiah Indonesia di tingkat ASEAN berdasarkan data di Scopus sebanyak 12.233, menduduki posisi kedua setelah Malaysia. Nasir menyebut, capaian tersebut menandakan bahwa jurnal Indonesia mulai diakui dunia.

"Ini yang menjadi sangat penting, kita mendorong kuantitas dulu sebelum nanti meningkatkan pada kualitas. Tapi minimal kita harus masuk pada standar dunia dulu. Kalau standar dunia bisa terpenuhi dengan baik, maka peneliti kualitas akan kami tingkatkan," kata Nasir usai pada acara Sinta Award di Gedung Kemenristekdikti, Jakarta, Rabu (4/7).

Nasir mengungkapkan, publikasi ilmiah tersebut memegang peranan sangat penting sebagai bukti pertanggung jawaban ilmiah hasil penelitian sehingga dapat dikenal luas secara global. Menurut dia, peningkatan jumlah jurnal itu adalah dampak dari kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya untuk mendukung peningkatan publikasi dan jurnal.

Nasir menyebutkan, Kebijakan yang telah dibuat oleh Kemenristekdikti, diantaranya yaitu persyaratan menghasilkan artikel ilmiah yang telah dimuat dalam jurnal ilmiah terakreditasi bagi setiap jenjang jabatan fungsional dosen, peneliti, guru, widyaiswara, perekayasa serta fungsional lainnya.

"Ditambah saat ini perguruan tinggi akademik atmosfirnya sudah mulai baik, ini harus menjadikan lebih baik. Memang kita harus lakukan paksaan, setelah dipaksa akan dilakukan tindakan akhirnya menjadi budaya. Mudah-mudahan kalau ini sudah lebih baik, maka akan jadi budaya riset ini betapa penting yang akan dilakukan Indonesia," jelas dia.

Sementara itu Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Dimyati menyatakan, dalam mendorong peningkatan publikasi dan jurnal dengan memberikan hibah dan insentif dengan jumlah sekitar Rp 28 miliar ke dalam 9 kategori. Seperti Bantuan Akses Database Jurnal Internasional, Bantuan Seminar Luar Negeri, Bantuan Konferensi Ilmiah Internasional, Insentif Artikel Terbit Pada Jurnal Internasional (IAJI), Hibah Penulisan Buku Ajar, Insentif Buku Ajar Terbit, Bantuan Pengelolaan Jurnal Elektronik, Insentif Jurnal Terakreditasi, dan Insentif Jurnal Terindeks Internasional Bereputasi.

Adapun penganugerahan Sinta Award kali ini, diberikan dengan 20 kategori yang dibuat berdasarkan pelaksanaan kebijakan yang dilakukan oleh stakeholders dari perguruan tinggi serta lembaga penelitian dan pengembangan. Penghargaan tersebut diberikan kepada dosen, peneliti, institusi dan jurnal yang telah menunjukkan prestasi yang nyata dalam peningkatan publikasi dan jurnal ilmiah.

"Sampai 26 Juni 2018 telah terdaftar lebih dari 109. 000 dosen. 4.530 lembaga, 2.066 jurnal, 9.905 buku dan 1.445 kekayaan intelektual yang sudah masuk terindeks di Sinta berdasarkan hasil verifikasi, akreditasi dan evaluasi," kata Dimyati.

Dia mengatakan, SINTA dalam kurun satu tahun telah mengalami perkembangan yang cukup pesat, dari sisi kuantitas dan kualitas. Integrasi data yang sebelumnya hanya dilakukan dengan Google Scholar dan Scopus, ditingkatkan dengan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia untuk buku, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual untuk paten dan hak cipta, serta Orchid dan Web of Science untuk publikasi internasional.

“Saya ucapkan selamat, semoga dapat menjadi pemacu dan pemicu dosen, peneliti, institusi, dan pengelola jurnal untuk terus meningkatkan kuantitas dan kualitas publikasi ilmiah baik secara nasional maupun internasional," kata Dimyati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement