Senin 25 Jun 2018 07:07 WIB

Soal Rangking, Kampus Indonesia Dinilai Banyak Kelemahan

Universitas di Singapura ada di peringkat satu.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Muhammad Hafil
Kampus UI
Foto: Musiron/Republika
Kampus UI

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Forum Rektor Indonesia (FRI) menyebutkan, perguruan tinggi Indonesia masih memiliki banyak kelemahan. Hal itu menyusul adanya pemeringkatan kampus oleh QS World University Rangking 2018, dan perguruan Tinggi (PT) Indonesia masih belum menjadi PT terbaik di ASEAN.

Anggota Dewan Pertimbangan FRI Prof Asep Saefudin menjelaskan, secara umum rangking QS itu diukur berdasarkan beberapa indikator. Pertama, reputasi akademik yang berdasarkan hasil survei yang mereka lakukan dengan responden masyarakat ilmiah di Asean.

Lalu kedua, reputasi pekerja yang berdasarkan survei ke pengguna lulusan termasuk industri dan perusahaan swasta. Ketiga, rasio dosen dan mahasiswa. Keempat, jumlah sitasi artikel scopus per dosen. Kemudian, rasio dosen internasional. Dan keenam, rasion mahasiswa internasional.

"Indikator 1, 2, 5, dan 6 itu saling berkaitan. Dan keempat indikator itu kampus-kampus Indonesia sangat lemah dan itu sangat berkaitan dengan kebijakan pemerintah, birokrasi, sistem imigrasi dan finansial. Ini titik lemah kita semua. Sehingga untuk indikator-indikator tersebut kampus-kampus di Indonesia jelas jeblok," jelas Asep ketika dihubungi Republika.co.id, Ahad (24/6).

Baca juga: Tak Masuk 5 Besar ASEAN, Apa Upaya Memperbaiki Kampus di RI?

Dengan kelemahan tersebut dari awal dia sudah memperkirakan, perguruan tinggi di Indonesia akan sulit meraih posisi lima besar terbaik di Asia Tenggara. Walaupun untuk proses pendidikan, ungkap dia, Indonesia sudah cukup baik.

Adapun untuk indikator ketiga (rasio dosen dan mahasiswa) dan empat (jumlah sitasi artikel scopus per dosen), dia meyakini, nilai Indonesia sudah cukup baik. Bahkan mampu menyaingi kampus-kampus yang ada di Asia Tenggara.

"Tapi indikator tiga dan empat saya pikir tidak jadi penentu. Untuk peringkat itu didominasi oleh indikator 1, 2, 5 dan 6. Dalam hal ini, Kampus-kampus di Singapura dan Malaysia sudah lama sebagai kampus terbuka bagi mahasiswa dan dosen asing," kata dia.

Karena itu menurut Asep, selama kebijakan imigrasi di Indonesia terhadap keterbukan dunia pendidikan masih seperti saat ini, maka jangan mimpi ada perguruan tinggi Indonesia duduk di peringkat lima besar.

"Bila ingin masuk rangking kelas dunia sistem imigrasi dan birokrasi perolehan visa student dan visa scientist harus diberi perlakuan khusus. Jangan dipersulit," tegas Asep.

Baca juga: IPB Kembali Raih Peringkat TOP 100 Dunia

Sebelumnya, Menurut QS World University Rangking 2018, National University of Singapore berada di peringkat pertama di Asia Tenggara. Lalu peringkat kedua masih dari Singapore yakni Nanyang Technological University (NTU). Sedangkan peringkat ketiga diraih oleh University of Malaya.

Sedangkan Indonesia, yang diwakili Universitas Indonesia (UI) berada diurutan kesembilan. Lalu Institut Teknologi Bandung (ITB) peringatan ke-11 dan, Universitas Gadjah Mada mesti puas diperingkat ke-14 di Asia Tenggara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement