Senin 18 Jun 2018 18:23 WIB

Mahasiswa UMM Ciptakan Inovasi Mesin untuk Petani

Mahasiswa UMM sukses membuat alat alternatif pengayak padi yakni Screentel Padi.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani
Mahasiswa UMM menciptakan inovasi nesin ramah lingkungan untuk petani.
Foto: Istimewa
Mahasiswa UMM menciptakan inovasi nesin ramah lingkungan untuk petani.

REPUBLIKA.CO.ID,  MALANG -- Mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil kembali memberikan kontribusinya untuk masyarakat luas. Kali ini mahasiswa UMM sukses membuat alat alternatif pengayak padi yakni Screentel Padi.

Anggota kelompok, Cyntia Fea Saputri menerangkan, Screentel Padi atau pengayak padi merupakan sebuah alat untuk memisahkan bulir padi dari gagangnya. Alat ini hadir di antara teknologi konvesional di mana petani masih manual merontokkan padi dengan tangannya. Kini petani dapat memanfaatkan penggunaan mesin berbahan bakar BBM seperti Screentel Padi.

Menurut Cyntia, desain alat ini tidak membutuhkan bahan bakar untuk pengoperasiannya. Selain hemat energi, resiko cedera otot yang dialami petani karena cara tradisional juga dapat diminimalisasi.

"Screentel padi sebagai alat pengayak padi yang didesain ergonomis untuk mengurangi cedera otot pada sebagian petani yang setiap hari mengayak padi secara tradisional," ujar Cyntia melalui keterangan resmi yang diterima Republika.

Selain memiliki kelebihan, penggunaan alat ini juga dianggap cukup mudah. Petani hanya perlu mengayuh pedal di alat dan secara otomatis otomatis Screentel dapat bekerja sendiri dengan gir maju mundur. Gir, kata Cyntia, bisa diatur sesuai yang diinginkan pengguna.

Dengan adanya alat ini, ia berharap dapat meringankan petani terutama mereka yang masih tradisional dan menggunakan sabit. Meski terkesan sederhana, hasil pemisahan bulir padi yang dihasilkan sama kualitasnya dengan mesin berbahan bakar.

Karena memiliki berbagai keunggula, Screentel padi sudah diikutsertakan pada perlombaan di Universitas Sebelas Maret Surabaya pada acara Descomfirst 2018 dengan tema Desain Manual Tools pada 2018. Hal ini membuat Cyntia dan timnya bangga, apalagi mengingat alat tersebut awalnya dedisain dengan sederhana. "Bahagia karena hanya dengan berawal dari sebuah coretan berhasil membuat alat yang seperti ini, kami juga berusaha memperbaiki apa saja yang masih kurang pada alat ini," tandasnya.

Terus berusaha menyempurnakan Screentelnya, Cyntia dan tim telah merencanakan masa depan alat ini. Mereka pun berkeinginan untuk memasarkan alat tersebut dengan harga yang cukup bersahabat dan ramah di kantong petani. Rencananya jika dikomersilkan, kata dia, akan dijual dengan kisaran harga Rp 1,5 sampai 2 juta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement