Ahad 17 Jun 2018 08:14 WIB

UIN Bandung Masuk 2O Top Afiliasi Sinta

Kinerja publikasi perguruan tinggi dihitung selama tiga tahun.

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Muhammad Hafil
Logo UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Foto: UIN Sunan Gunung Djati/Facebook
Logo UIN Sunan Gunung Djati Bandung

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Universitas Islam Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Bandung Jawa Barat masuk 20 perguruan tinggi terbaik dalam publikasi jurnal. Pemeringkatan itu berdasarkan penilaian Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) dalam program science and technology index (Sinta).

“Prestasi ini merupkan Kado Idul Fitri. Capaian ini merupakan hasil kinerja seluruh sivitas, kata Kepala Puslitpen UIN SGD Wahyudin Darmalaksana dalam keterangan tertulisnya yang diterima Republika.co.id, Ahad (17/6).

Publikasi penelitian adalah tradisi yang sudah mengakar di kalangan civitas akademika UIN Bandung. Setelah melakukan riset mereka pasti menuangkan laporan dan hasilnya dalam tulisan yang diterbitkan dalam jurnal baik nasional mau pun internasional.

Tradisi tersebut kini digalakkan lagi. Berbagai upaya untuk menggiatkan riset dilakukan, seperti imbauan dan dukungan penelitian kepada dosen dan mahasiswa. "Memang kita sedang giat memacu pencapaian publikasi di jurnal nasional dan internasional," kata Wahyudin

Kemenristekdikti sedang menggenjot publikasi ilmiah di dunia pendidikan tinggi. Kementerian ini mengembangkan Sinta (Science and Technology Index) untuk mengukur kinerja publikasi akademisi.

Kinerja publikasi perguruan tinggi dihitung dalam jangka waktu tiga tahun sejak 2016 sampai 2018. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung tercatat sebagai ranking ke 20 se-nasional (Sabtu, 16 Juni 2018).

Penerbitan dan penyiaran hasil penelitian merupakan aset negara yang sangat penting karena tingkat peradaban sebuah negara dapat dilihat dari hal tersebut. Kini setiap negara saling berlomba mendapatkan peringkat tertinggi dalam publikasi internasional.

Dibandingkan negara lain, jumlah penduduk Indonesia relatif lebih banyak, tapi keadaan itu tidak diimbangi dengan frekuensi penerbitan hasil penelitian yang tinggi. Kemenristekdikti mencatat jumlah publikasi hasil riset di negeri ini masih kalah dengan negara lain.

Salah satu penyebabnya adalah publikasi hasil riset yang masih rendah. Berdasarkan inilah maka untuk meningkatkan jumlah publikasi, pemerintah melalui Kemenristekdikti membangun Sinta. Peluncuran program ini dilakukan pada rakornas 30 Januari 2017. Program ini ditargetkan untuk mewujudkan kemandirian anak negeri dan mendorong kultur publikasi.

Menristekdikti berharap Sinta dapat memotivasi para peneliti untuk lebih giat menghasilkan publikasi. Program ini juga diharapkan perlahan dapat menghilangkan ketergantungan penggunaan sistem pengindeks publikasi dari luar negeri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement