Kamis 07 Jun 2018 13:10 WIB
World Islam Campus Summit 2018

Rektor UMY Sampaikan Prinsip Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah gerakan Islam dengan semangat tajdid.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Ani Nursalikah
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Foto: Republika/Eric Iskandarsjah Z
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Gunawan Budiyanto menghadiri National Cheng Kung University (NCKU) World Islam Campus Summit 2018 di Taiwan. Dalam kesempatan itu, ia menekankan Islam tidaklah sebagaimana yang digambarkan media-media tertentu.

Menurutnya, Islam adalah agama perdamaian dan toleransi. Sebagai contoh, Muhammadiyah adalah gerakan Islam dengan semangat tajdid, yang kelahirannya diilhami dan disemangati ajaran Islam itu sendiri.

"Seluruh gerak Muhammadiyah tidak ada motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam," ujarnya saat menyampaikan ide tentang 'Building A University Campus with Multicultural Understanding, Respect and Inclusiveness in the 21st Century in Asia' pada Rabu (6/6).

Gunawan yang merupakan salah satu pembicara kunci itu juga mengungkapkan Islam selalu bicara keragaman, kemanusiaan dan semua aspek kehidupan manusia. Di depan peserta yang mayoritas akademisi dan mahasiswa dari berbagai negara di dunia, Gunawan juga mengatakan kampus UMY sebagai kampus Islam dan merupakan bagian dari Muhammadiyah membuka diri untuk keberagaman tersebut.

Menurut Gunawan, UMY juga menjalin kerja sama dengan Perdana Global Peace Foundation (PGPF) menyelenggarakan Mahathir Global Peace School yang bicara masalah kemanusiaan, tanpa memandang latar belakang ras, budaya, apalagi latar belakang agama. "Jadi sebagai kampus Islam, kami sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang memang bersumber dari agama Islam itu sendiri," kata dia.

Direktur Kantor Urusan Internasional UMY, Yordan Gunawan mengatakan, selain mengundang mahasiswa asing dari berbagai latar belakang untuk belajar di kampus, UMY juga rutin menyelenggarakan acara yang bersifat pertukaran kebudayaan. Contohnya adalah International Cultural and Culinary Festival dan Colombia Coffee.

"Ini adalah salah satu bentuk diplomasi (Gastro Diplomacy) yang membuat semua civitas akademika di kampus UMY, yang berasal dari banyak negara, bisa saling memahami dan mengakrabkan satu dengan yang lainnya yang memiliki budaya berbeda," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement