Senin 04 Jun 2018 07:45 WIB

Nasir: Ada 150-200 Dosen Luar Negeri Mengajar di Indonesia

Nasir meminta 200 dosen itu untuk menetap agar bisa memberikan hasil maksimal.

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir memberikan sambutan dalam acara peresmian kapal penangkap cumi dan kapal cepat di Jakarta, Sabtu, (7/4).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir memberikan sambutan dalam acara peresmian kapal penangkap cumi dan kapal cepat di Jakarta, Sabtu, (7/4).

REPUBLIKA.CO.ID, BOJONEGORO -- Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikri) Mohamad Nasir mengatakan sudah ada ya berkisar 150-200 dosen luar negeri yang mengajar di Indonesia. Hanya saja, menurut dia, dosen luar negeri yang mengajar di Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia tersebut hanya menetap sekitar sebulan kemudian kembali lagi ke negaranya. 

Nasir pun meminta ratusan dosen luar negeri itu untuk bisa menetap agar bisa memberikan hasil maksimal bagi mahasiswa. “Bisa menetap sekitar dua tahun agar hasilnya bisa maksimal,” kata dia di Bojonegoro, Ahad (3/6).

Dia menerangkan jika mereka bisa bisa menetap dalam periode tertentu, misalnya dua tahun, maka hasilnya akan maksimal bagi mahasiswa. Ini termasuk untuk mahasiswa yang belajar di S1, S2, dan S3. 

Ia juga mengatakan kalau memang ada anggaran juga berminat mendatangkan lagi tambahan dosen luar negeri untuk mengajar di Indonesia terutama dosen "science" dan teknologi. "Dosen yang kita butuhkan yaitu dosen science dan teknologi, sebagai usaha meningkatkan ekonomi di Indonesia," ujarnya.

Kualitas pendidikan

Pada kesempatan memberikan kuliah umum untuk mahasiswa Institut Agama Islam Sunan Giri (IAIS) dan UNUgiri di Bojonegoro, ia menjelaskan ada tiga faktor rendahnya kualitas pendidikan.

Pertama, yaitu kemampuan mahasiswa dalam berbahasa Inggris. Selain itu, kemampuan menguasai matematika. Terakhir, kurangnya publikasi ilmu pengetahuan dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

Ia mencontohkan pada 2015, publikasi ilmu pengetahuan dari PT di Indonesia hanya sekitar 4.500 publikasi. Angka itu masih kalah dibandingkan dengan Singapura dengan jumlah sekitar 8.000 publikasi.

"Dengan berbagai upaya akhirnya PT di Indonesia pada 2018 mampu mempublikasi ilmu pengetahuan dengan jumlah sekitar 9.500 publikasi, sedangkan Singapura hanya sekitar 8.000 publikasi," kata dia menjelaskan.

Selain memberikan kuliah umum di IAIS dan UNUgiri, Nasir juga mengunjungi Pondok Pesantren Talun di Desa Talun, Kecamatan Sumberrejo. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement