Jumat 01 Jun 2018 14:44 WIB

Unhas Lawan Terorisme dan Radikalisme Lewat Lomba Ramadhan

Ini ajang untuk melatih dan membina mahasiswa Unhas dalam kegiatan-kegiatan islami.

Rep: mgrol105/ Red: Andi Nur Aminah
Kegiatan Lomba Ramadhan yang digelar di Kampus Unhas, Tamalanrea Makassar
Foto: Humas Unhas
Kegiatan Lomba Ramadhan yang digelar di Kampus Unhas, Tamalanrea Makassar

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Menyemarakkan bulan suci Ramadhan, Bidang Kemahasiswaan Universitas Hasanuddin menggelar lomba tilawah (pembacaan ayat-ayat suci Alquran) dan syarhil Qur’an (pidato kandungan Alquran). Lomba ini diselenggarakan pada 30-31 Mei lalu, di lantai dasar gedung rektorat Universitas Hasanuddin (Unhas).

Kegiatan ini merupakan ajang untuk melatih dan membina mahasiswa Unhas dalam kegiatan-kegiatan islami. Acara ini sebenarnya menjadi kegiatan rutin yang digelar oleh Unhas untuk mempersiapkan mahasiswanya untuk mengikuti lomba tilawah, pidato Islam dan lomba lainnya di tingkat nasional. Namun tahun ini kegiatan tersebut tidak diselenggarakan, sehingga acara semarak Ramadhan ini murni untuk syiar Islam dan pembinaan mahasiswa.

Kegiatan ini diikuti oleh 52 peserta mahasiswa, dengan 23 orang mengikuti lomba syarhil Qur’an, dan 29 peserta lomba tilawah. “Kegiatan ini benar-benar syiar Islam dan pembinaan mahasiswa dalam mengisi kegiatan bulan Ramadhan,” ujar Madris, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis selaku ketua panitia.

Tema yang diangkat dalam lomba ini adalah Terorisme dan Radikalisme Musuh Kita Bersama. Menurut Madris, tema ini diangkat karena dianggap sangat penting dan juga sebagai bentuk respons terhadap maraknya praktik teror di Tanah Air. Terorisme dan radikalisme merupakan masalah yang mengancam stabilitas dan keamanan nasional.

“Terorisme dan radikalisme ini seringkali disalahpahami sebagai jihad oleh kalangan tertentu. Ini yang perlu kita luruskan. Salah satunya melalui kegiatan seperti ini,“ kata Madris.

Menurut salah satu peserta lomba Syarhil Qur’an, Muhammad Riski, terorisme telah melanggar perikemanusiaan, nilai keadilan, dan tatanan kehidupan. Islam tidak pernah mengajarkan terorisme, justru Islam melarang keras terorisme.

 "Terorisme dan radikalisme bukan bagian dari Islam, dan Islam bukan terorisme dan radikalisme," kata Riski dalam pidatonya.

Riski mengutip salah satu ayat Alquran, yakni surah Al Maidah ayat 32, untuk menjelaskan betapa terlarangnya praktik terorisme dalam Islam. Dalam ayat itu disebutkan barangsiapa membunuh seseorang bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Sebaliknya, barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan semua manusia. 

Gaffar Al Qadri yang juga peserta lomba Syarhil mengatakan dalam pidatonya, praktik terorisme sangat meresahkan umat manusia, khususnya di kalangan Muslim. Karena banyak pelaku teror itu sendiri berasal dari kaum Muslim. Sehingga, terorisme dan radikalisme tersebut mendesak untuk diluruskan dan diselesaikan di negara ini. "Terorisme adalah musuh kita bersama," kata Gaffar. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement