Rabu 16 May 2018 11:57 WIB

UAD Ciptakan Alat Pertolongan untuk Disabilitas Netra

Sistem yang dikembangkan seperti pesan singkat atau SMS

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Esthi Maharani
Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang menciptakan prototipe alat meminta pertolongan bagi disabilitas netra.  Nantinya, prototipe itu akan mampu memberi sinyal pertolongan lengkap dengan GPS lokasi para disabilitas netra kepada keluarga.
Foto: Wahyu Suryana / Republika
Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang menciptakan prototipe alat meminta pertolongan bagi disabilitas netra. Nantinya, prototipe itu akan mampu memberi sinyal pertolongan lengkap dengan GPS lokasi para disabilitas netra kepada keluarga.

REPUBLIKA.CO.ID,  YOGYAKARTA -- Kecanggihan teknologi memang harus dimanfaatkan untuk membantu sesama manusia. Hal itu yang dilakukan mahasiswa-mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD), yang sukses menciptakan alat untuk disabilitas netra meminta pertolongan saat kesusahan.

Ide dari alat yang masih berupa prototipe ini pertama kali muncul tahun lalu. Berawal dari tiga mahasiswa yaitu Ibnu Atma Kusnadi, M Iqbalul Faiq Hatta dan Tofik Nurochman dari Robotic Development Community.

Survei dilakukan ke Yayasan Kesejahteraan Tuna Netra Islam (Yaketunis). Itu dilakukan demi melihat banyak pendamping yang membantu mobilitas para disabilitas netra, yang ternyata cukup sedikit jumlahnya.

"Ternyata di sana pendampingnya cuma ada satu tiap 20 orang," kata Faiq kepada Republika, Selasa (15/5).

Pendamping yang ada itu pun tidak satu hari penuh mendampingi para disabilitas netra. Padahal, semakin besar tuntutan para disabilitas netra untuk mandiri, semakin besar pula resiko bahaya yang mengintai.

Belum lagi, persentase jalan yang sudah ditambahkan dengan tanda-tanda untuk disabilitas netra kemungkinan hanya 20 persen dari total. Atas kepedulian itu, mulai dikembangkan prototipe yang bertujuan membantu mobilitas mereka.

"Jadi ketika mereka di jalan menghadapi masalah, sakit, ditipu, ada suatu kondisi saat kebingungan arah, mereka langsung bisa menghubungi pihak keluarga," ujar Ibnu.

Sistem yang dikembangkan seperti pesan singkat atau SMS, dan dilengkapi GPS yang dapat mengirimkan lokasi mereka ke pihak keluarga. Ketika menghadapi situasi, para disabilitas netra tinggal memencet tombol yang tersedia.

Setiap tombol memberikan sinyal yang berbeda, tergantung situasi yang tengah mereka hadapi. Sejauh ini, baru ada tiga informasi yang disediakan yaitu saat kebingungan arah, sakit atau kecelakaan, serta terkena tindak kejahatan seperti tertipu.

"Sampai saat ini belum digunakan karena masih butuh banyak perbaikan, tapi dari yayasan merasa ini sangat penting untuk mobilitas, jadi ketika ini sudah jadi dan produk bukan prototipe insya Allah banyak yang digunakan," kata Faiq.

Terakhir, eror yang terjadi hanya lewat 5-6 meter dari lokasi yang dikirimkan, jadi memang masih harus ada perbaikan. Tapi, baik Faiq maupun Ibnu bersyukur dukungan yang didapat dari UAD sangat maksimal.

Bahkan, jika mereka membandingkan dengan mahasiswa-mahasiswa peruguran tinggi lain, dukungan begitu mudah didapatkan mahasiswa-mahasiswa UAD. Baik mulai penelitian, pengembangan sampai saat mengikuti kompetisi-kompetisi.

"Kalau di UAD, kalau mahasiswa benar-benar aktif didanai full oleh kampus, kita mengalami sendiri, kita benar-benar didukung sekali," ujar Ibnu.

Mereka sendiri telah sukses mendapat peringkat tiga di Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) di Lombok, best presenting di Universitas Udayana Bali, serta perunggu di i-finog Malaysia.

Kepada mahasiswa-mahasiswa baru, mereka berpesan kalau prestasi bisa diraih siapa saja dari kampus mana saja. Mereka membuktikan, mahasiswa-mahasiswa UAD memang sangat bisa berprestasi walau bersaing dengan kampus-kampus negeri populer sekalipun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement