Selasa 24 Apr 2018 15:45 WIB

Perempuan Harus Berdaya Saing Jelang Revolusi Industri 4.0

Dibutuhkan peran perguruan tinggi dalam menggali potensi kaum perempuan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Yohana Yambise, di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Foto: Dokumen.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Yohana Yambise, di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Seorang perempuan berkualitas mampu menempatkan diri dalam peran yang sangat penting baik sebagai ibu dalam mendidik generasi masa depan, maupun ranah publik seperti era Revolusi Industri 4.0. Pesan itu diungkapkan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Yohana Yambise, di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Ia mengingatkan, data terakhir per Februari 2017 dari Badan Pusat Statistik (BPS), hanya ada 30 persen pekerja perempuan di bidang industri sains, teknologi, teknik, dan matematik. Padahal, Revolusi Industri 4.0 merupakan era yang diwarnai kecerdasan buatan.

Termasuk, lanjut Yohana, era super komputer, rekayasa genetika, inovasi, dan perubahan cepat yang berdampak kepada ekonomi, industri, pemerintahan, dan politik. Gejala ini ditandai banyaknya sumber informasi melalui kanal-kanal media sosial.

"Hadirnya Revolusi Industri 4.0 seharusnya dapat dimanfaatkan dan dikelola dengan baik oleh kaum perempuan karena memiliki prospek yang menjanjikan bagi posisi perempuan sebagai bagian dari peradaban dunia," kata Yohana saat membuka seminar bertajuk 'Peran Perempuan Dalam Mendidik Generasi Era Revolusi Industri 4.0', Senin (23/4).

Ia menilai, masih ada sejumlah tantangan dalam menarik tenaga kerja profesional perempuan untuk bekerja di dunia industri. Penelitian Unesco 2015 menunjukkan rendahnya tingkat partisipasi pekerja perempuan di bidang industri.

Utamanya, disebabkan persepsi lingkungan kerja di industri merupakan domain pekerjaan laki-laki, yang melibatkan pekerjaan fisik dan tidak menarik pekerja perempuan. Selain itu, masih belum banyak lulusan perempuan bidang itu yang mengejar karir bidang industri.

"Di sinilah dibutuhkan peran perguruan tinggi dalam menggali potensi kaum perempuan agar menjadi lulusan yang kuat dan mampu menghadapi persaingan di era Revolusi Industri 4.0," ujarnya.

Yohana menambahkan, perempuan harus membuka diri dan mau terus belajar mengikuti perubahan zaman yang tentu diikuti perubahan perilaku, karakter dan sikap anak-anak yang hidup di zaman ini. Ia berharap, kaum perempuan sebagai pendidik generasi penerus mampu berbuat banyak.

Terutama, menerapkan nilai-nilai agama, kebaikan dan moral dengan cara yang berbeda dengan zaman dulu. Menurut Yohana, sangat diperlukan suatu pendekatan yang berbeda dari zaman yang sudah lalu dalam mendidik dan menjaga anak anak.

"Agar menjadi generasi yang mampu bersaing di era global, beretika, dan membanggakan, baik bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara," kata Yohana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement