Jumat 16 Mar 2018 13:46 WIB

Ikatan Alumni IPB Gelar Sarasehan Nasional Kelapa Sawit

kelapa sawit menjadi salah satu komoditas penting yang menyumbang devisa negara.

Rep: Irwan Kelana/ Red: Agung Sasongko
Sarasehan Nasional Kelapa Sawit, (14/3) di IPB International Convention Center (IICC). Tema sarasehan ini adalah “Sustainable Smart Plantation”.
Foto: Istimewa
Sarasehan Nasional Kelapa Sawit, (14/3) di IPB International Convention Center (IICC). Tema sarasehan ini adalah “Sustainable Smart Plantation”.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Ikatan Keluarga Alumni Fakultas Pertanian (IKA Faperta) Institut Pertanian Bogor (IPB) menyelenggarakan kegiatan Sarasehan Nasional Kelapa Sawit, (14/3) di IPB International Convention Center (IICC). Tema sarasehan ini adalah “Sustainable Smart Plantation”.

Kegiatan ini merupakan kerjasama para alumni Fakultas Pertanian IPB yang tergabung dalam wadah IKA Faperta IPB. IKA Faperta IPB merupakan wadah bagi alumni  Fakultas Pertanian IPB yang berfokus dalam mewadahi kegiatan-kegiatan alumni.

Komoditas kelapa sawit dipilih sebagai bahan diskusi karena kelapa sawit menjadi salah satu komoditas penting yang menyumbang devisa negara.

Ketua IKA Faperta, Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M. Agr mengatakan, tahun 2017 lalu kelapa sawit mengalami perkembangan yang signifikan, baik pada aspek perluasan lahan, hasil produksi, ekspor maupun pertumbuhan permintaan terhadap minyak nabati semakin meningkat. Ia mengharapkan kegiatan ini dapat meningkatkan pemahaman terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam perkebunan sawit.

“Sarasehan seperti ini sangat perlu diadakan, apalagi kalau ada isu-isu terkini yang menyangkut isu pertanian yang ada di Indonesia. Setelah sawit, kami akan mengangkat isu kopi yang merupakan komoditas andalan ekspor Indonesia,” tambah Ernan, dalam siaran pers yang diterima, Jumat (16/3).

Pada kesempatan ini, turut hadir Wakil Rektor IPB Bidang Kerjasama dan Sistem Informasi, Prof. Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, M.Sc, F.Trop. Dalam sambutannya, sawit ini merupakan salah satu komoditas yang dapat diolah menjadi minyak nabati. Apabila diolah dengan baik, Indonesia dan Malaysia bisa sejahtera dengan keberadaan sawit ini.

“Andaikata suplai minyak nabati asal sawit dilakukan moratorium, kekurangan minyak nabati itu akan ditutup darimana asalnya?  Pasti akan disuplai dari minyak nabati non sawit. Kalau seperti ini, akan menambah perluasan lahan bisa mencapai 10 kali dari lahan sawit,” tambahnya.

Prof. Dodik juga berharap, ke depannya usaha sawit di Indonesia ini dapat dikelola dengan baik antara pemerintah, perusahaan swasta, dan petani sehingga dapat mengatasi masalah yang muncul terkait isu-isu kebun sawit.

Sarasehan kali ini membahas tentang upaya pemberdayaan petani sawit melalui kelembagaan, regulasi perizinan lahan dan penerbitan HGU (Hak Guna Usaha), pembiayaan kelapa sawit, upaya manajemen pemanfaatan lahan terlantar dan terdegradasi menjadi lahan produktif, strategi dalam membentuk sumberdaya manusia perkebunan yang unggul, tangguh, dan berdaya saing tinggi, perkembangan teknologi industri biomas dari limbah kelapa sawit yang ramah lingkungan. Serta strategi menghadapi regulasi Uni Eropa (UE) terkait isu lingkungan dalam menghadapi perdagangan minyak sawit dunia.

Pembicara yang hadir adalah Dr. Ir. Mohammad  Fadhil Hasan, M.Sc (Corporate Affairs Director Asian Agri), Prof. Dr. Ir. Budi Mulyanto, M.Sc (Deputi Bidang Tanah, Kementrian ATR/BPN 2015-2017), Ir. Sunarso, M.Si (Direktur Utama Pegadaian 2017-sekarang), Ir. Achmad Manggabarani, MM (Direktur Forum Perkebunan Strategis Berkelanjutan), Ir. Mubarak Ahmad (Chief Operating Officer PT. Bumitama Gunajaya Agro), Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, M.Sc (Staff Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB khusus bidang kelapa sawit), Dr. Ir. Didiek Hadjar Goenadi, M.Sc (APU/Peneliti Senior Pusat, Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia), dan Dr. Rosediana Suharto (Executive Director of Responsible Sustainable Palm Oil Initiatives (RPOI)).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement