Jumat 16 Feb 2018 13:29 WIB
Soal Masuknya Perguruan Tinggi Asing

Presiden Minta Menristekdikti Bahas dengan Para Rektor

Tak semua perlu menjadi kelas dunia, tapi bisa berkontribusi bagi masyarakat sekitar.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Agus Yulianto
Predisen Jokowi
Foto: dok. Kemenag.go.id
Predisen Jokowi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) memahami rencana Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) mewacanakan kemungkinan mengizinkan masuknya perguruan tinggi dari luar negeri ke Indonesia sebagai upaya meningkatkan kompetisi di antara perguruan-perguruan tinggi di tanah air.

Namun Presiden meminta, sebelum hal itu dilakukan agar Menristekdikti terlebih dahulu berbicara dengan para rektor di tanah air, baik rektor perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta.

"Semuanya diajak bicara dulu. Kalau tanpa diberi kompetitor sudah berubah ya enggak usah. Tapi, kalau kita tunggu enggak berubah-ubah, ya kita beri," kata Presiden Jokowi saat membuka Konferensi Forum Rektor Indonesia (FRI) 2018, di Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Menurut Jokowi, kondisi perguruan tinggi anggota Forum Rektor Indonesia sangat beragam dan juga tidak sama. Kata dia, terdapat beberapa perguruan tinggi yang sudah dapat dikatakan sebagai World Class University.

Tetapi, juga terdapat perguruan tinggi baru yang masih dihadapkan pada permasalahan-permasalahan dasar, meskipun dua-duanya punya potensi yang sama untuk memberikan kontribusi bagi masyarakat.

"Ada yang fokus kontribusinya pada masyarakat lokal, dan ada yang levelnya sudah nasional maupun internasional," kata Jokowi, dari siaran resmi Istana.

Kendati demikian, menurut Jokowi, tak semua universitas perlu menjadi kelas dunia. Namun, semua universitas perlu menjadi relevan dan berkontribusi kepada masyarakat dan sekitarnya.

Ia mencontohkan, sebuah universitas yang berdiri di daerah pesisir atau kepulauan bisa memberikan nilai lebih atas keberadaan pantai atau laut di daerahnya, melalui inovasi pembudidayaan ikan, pengolahan hasil hasil laut, pelestarian budaya bahari dan lainnya.

Begitu juga dengan universitas yang berada di daerah pertanian, menurut Jokowi, perlu inovasi pengelolaan lahan yang efektif dan efisien, teknologi peningkatan hasil peternakan dan industri, pengolahan penyediaan air dan energi yang efisien dan inovatif, dan lainnya.

Adapun bagi perguruan tinggi yang besar yang sudah masuk dalam arena kompetisi global, Presiden Jokowi meminta, agar mampu bersaing memenangkan kompetisi global, mengembangkan program studi atau departemen atau fakultas baru yang inovatif yang memanfaatkan peluang lanskap ekonomi global.

Misalnya, sebagai implikasi industri 4.0 dan berkembangnya life style industry dapat dikembangkan Program Studi Computional Data Science yang mencetak Data Scientist, Digital Economy juga e-commerce. Selain itu juga, Presiden minta adanya fakultas digital ekonomi jurusan retail manajemen. Begitu pula untuk mendukung industri sepak bola, Jokowi menilai seharusnya sudah ada fakultas industri olahraga.

"Sekali lagi, kata kuncinya adalah relevansi dan inovasi. Jangan lagi terjebak pada rutinitas. Cara-cara baru harus dikembangkan. Keinginan mahasiswa dan dosen untuk berinovasi harus ditumbuhkan. Kreasi-kreasi baru harus difasilitasi dan dikembangkan," ujar Presiden.

Jokowi pun sempat menceritakan bagaimana kompetisi antara bank pemerintah dan swasta juga mendorong perkembangan bank milik pemerintah. Saat itu, ia masih duduk di bangku SMP, bank milik pemerintah tutup pada pukul 13.00 karena tidak adanya bank pesaing. Namun, setelah muncul bank-bank swasta, bank-bank pemerintah langsung berbenah diri dan tetap memenangkan kompetisi.

"Ternyata Alhamdulillah keuntungan terbesar ada di BRI bukan bank swasta, bukan bank asing. Artinya bank pemerintah bisa berkompetisi dengan bank asing ataupun bank swasta," ujar Presiden.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement