Senin 11 Sep 2017 12:30 WIB

UB Ciptakan Inovasi Terapi Kucing Obesitas

Rep: Wilda fizriyani/ Red: Esthi Maharani
Kucing
Foto: Youtube
Kucing

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Brawijaya (UB) berhasil menciptakan inovasi terapi kucing obesitas. Terapi Sedot Lemak pada kucing ini diharapkan akan mampu menurunkan risiko penyakit komplikasi metabolik akibat obesitas.

Temuan ini bermula dari hasil penelitian tim yang terdiri atas Dokter Fajar Shodiq Permata, Dokter Ajeng Aeka dan Dokter Dodik Prasetyo. Bersama sembilan mahasiswa FKH UB tingkat akhir, mereka melakukan penelitian pengaruh sedot lemak pada kucing. Penelitian ini dianggap sebagai salah satu inovasi terapi untuk kucing obesitas dengan melihat beberapa parameter kimia darah terkait risiko beberapa penyakit metabolik.

Seperti diketahui, kucing merupakan salah satu hewan kesayangan yang digemari oleh masyarakat. Di sisi lain, banyak pemilik kucing yang tidak ingin hewannya beranak terus menerus. Menurut Juru Bicara Tim Peneliti, Dokter Fajar Shodiq Permata, salah satu cara untuk mencegah pengendalian populasi itu menggunakan sterilisasi dengan mengangkat organ reproduksi.

"Cara ini nantinya akan membuat kucing tidak akan bereproduksi dan menurunkan penggunaan kolesterol sebagai hormon reproduksi," kata Fajar.

Sebagai informasi, Fajar menjelaskan, dampak dari sterilisasi kucing sendiri akan membuat hewan tersebut menjadi kelebihan berat (obesitas). Kucing yang menderita obesitas memiliki risiko penyakit komplikasi metabolik seperti jantung, gangguan liver, diabetes mellitus, gagal ginjal dan osteoporosis sehingga akan membebani pemiliknya. Oleh karena itu, timnya  melakukan sebuah penelitian inovasi terapi pada kucing obesitas  melalui terapi sedot lemak (Liposuction).

Adapun parameter risiko penyakit jantung melalui pemeriksaan kolesterol, lemak, HDL dan LDL. Sementara parameter rusiko penyakit gangguan liver melalui pemeriksaan ALT, ALP, Total Protein, Kadar Bilirubin dan GGT.

Kemudian untuk parameter risiko penyakit diabetes mellitus dengan mengukur kadar glukosa dan enzim amylase. Sementara parameter risiko penyakit ginjal meliputi kadar Ion Na+, ion K+, BUN dan kreatinin. Lalu untuk parameter risiko penyakit osteoporosis dengan mengukur kadar kalsium dan fosfor.

Mengenai metode sedot lemak, Fajar menyebutkan, timnya menggunakan cara operasi pada daerah perut kucing. Caranya dengan kucing dianestesi terlebih dahulu, kemudian lemak daerah perut diambil sebanyak satu persen dari berat badan dengan sayatan yang pendek (1 cm).

Selanjutnya, tim melakukan pengukuran kimia darah sebelum operasi sedot lemak. Lalu melakukan lagi pada tiga hari, 10 hari dan 17 hari pasca operasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement