Selasa 05 Sep 2017 09:46 WIB

Unisba Raih Akreditasi A dari BAN-PT

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Unisba
Unisba

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG --  Universitas Islam Bandung (Unisba), akhirnya resmi berhasil meraih akreditasi A perguruan tinggi swasta. Hal ini, seiring telah dikeluarkannya surat keputusan (SK) dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dengan Nomor SK 2732/SK/BAN-PT/AKRED/PT/VIII/2­017.

"Alhamdulillah, kami telah mencapai akreditasi A, setelah ada keputusan dari Direktorat BAN-PT nasional sekitar dua pekan lalu," ujar Rektor Unisba, Edi Setiadi kepada wartawan usia kegiatan Taaruf Mahasiswa Unisba tahun akademik 2017/2018 di Aula Unisba, Jalan Tamansari Nomor 1, Kota Bandung, Selasa (5/9).

Menurut Edi, dengan ditetapkannya Unisba sebagai kampus berakreditasi A, maka Unisba menjadi perguruan tinggi swasta (PTS) kelima dari segi wilayah Kopertis IV Jawa Barat yang memperoleh penilaian baik tersebut.

"Bahkan, kalau di Bandung kami menjadi PTS kedua di Bandung setelah Telkom University yang memperoleh akreditasi A," katanya.

Edi menilai, pencapaian ini bagi dirinya adalah pencapaian yang luar biasa dan amanah yang sangat berat. Karena, diperoleh saat ia mengemban sebagai rektor yang baru. Artinya, dalam empat hingga lima tahun ke depan ia pun harus mampu mempertahankannya.

"Tugas berikutnya adalah bagaimana semua program studi (prodi) di Unisba atau 50 persennya memperoleh akreditasi yang sama yaitu A," katanya.

Saat ini, kata Edi, di Unisba terdapat enam prodi yang telah memiliki akreditasi A, yakni Hukum, Ilmu Komunikasi, Akuntansi, Manajemen, Ilmu ekonomi, dan Perencanaan Wilayah Kota (PWK) atau Planologi. Khusus PWK, ia menuturkan, menjadi prestasi luar biasa karena satu-satunya prodi di PTS se-Indonesia yang memiliki akreditasi A.

"Ke depan dalam waktu dekat prodi Tambang dan Teknik Industri menjadi dua prodi yang bisa menyusul memperoleh akreditasi A dari 18 prodi yang ada di S1," katanya.

Terkait kendala yang dihadapi dari beberapa prodi yang masih terakreditasi B, menurut Edi, salah satu faktornya karena sumber daya manusia (SDM). Selain itu, karena faktor publikasi karya ilmiah serta sulitnya memenuhi kuota staf pengajar atau dosen baru yang sesuai dengan penetapan aturan Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti). Namun, hal tersebut akan disiasati Unisba dengan merekrut tenaga profesional ataupun birokrat dengan dosen berstatus khusus.

"Yang paling sulit itu merekrut untuk tenaga dosen di prodi Tambang," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement