Selasa 25 Jul 2017 20:25 WIB

Ini Cara Universitas Al-Azhar Indonesia Tangkal Radikalisme

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Qommarria Rostanti
Wisuda Universitas Al Azhar Indonesia.
Foto: UAI
Wisuda Universitas Al Azhar Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah meminta otoritas rektor perguruan tinggi mengawasi indikasi radikalisme di kampus. Menanggapi hal itu, Universitas al-Azhar Indonesia (UAI) memilih fokus membangun pendekatan baik-baik dan lingkungan yang mencerahkan untuk menghindari mahasiswanya dari paham radikal.

Rektor UAI, Ahmad H Lubis mengatakan sejauh ini UAI baik-baik saja. Sempat ada isu Negara Islam Indonesia (NII) namun pihak kampus berhasil melakukan pendekatan dan memanggil para pakar untuk berdialog. "Perlu pendekatan lembut soal itu, maka baiknya kita bangun lingkungannya agar anak-anak tercerahkan melalui pemenuhan kebutuhan pengetahuan dan nilai," kata Ahmad di Kampus UAI, Selasa (25/7).

Soal kewaspadaan terhadap radikalisme, Ahmad mengatakan Indonesia mempunyai Pancasila yang apabila ditelaah kalimatnya sebagian besar berasal dari nilai Islam. Pembentukannya pun diwarnai sejumlah tokoh Islam.

"Kami terbuka dengan non-Muslim. Mahasiswa kami ada yang non-Muslim," kata Ahmad.

UAI mempunyai pusat Bahasa Mandarin dan sudah sejak 2002 membuka program studi Sastra Mandarin. Pertemuan dengan beragam kalangan adalah hal biasa di UAI. "Semangat ini yang dibangun. Kita ejawantahkan nilai ketuhanan kita melalui umat," ujarnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, pemerintah serius menangkal paham radikalisme di kampus. Pemerintah meminta para rektor mengawasi langsung lingkungan kampusnya dan membina dosen atau mahasiswa yang melenceng pemahamannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement