Kamis 13 Jul 2017 18:01 WIB

29 Negara Hadiri Konferensi Pengajaran Bahasa Inggris

Rep: Eric Iskandarsjah/ Red: Yusuf Assidiq
Konferensi Internasional Asia TEFL-TEFLIN.
Foto: Eric Iskardarsjah
Konferensi Internasional Asia TEFL-TEFLIN.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Konferensi Internasional Asia TEFL (Teaching English as a Foreign Language/Pengajaran Bahasa Inggris) ke-15 dan TEFLIN  (The Association for the Teaching of English as a Foreign Language in Indonesia) ke-64 mulai digelar. Kali ini, agenda berskala dunia itu berlangsung di Yogyakarta dan dituan rumahi oleh Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Ketua Panitia Pelaksana, Prof Suwarsih Madya, mengatakan konferensi yang dihelat pada 13-15 Juli 2017 di Hotel Royal Ambarrukmo dan Hotel Eastparc Yogyakarta ini mengangkat tema Teaching English in the Digital Era in Asia: Global Citizenship and Identities.  "Acara ini diikuti oleh sekitar 1.000 peserta dari sekitar 29 negara," ujar Suwarsih, Kamis (13/7).

Materi dalam kegiatan ini disampaikan oleh 11 pembicara pleno berasal dari delapan negara, termasuk Indonesia, dan delapan pembicara khusus dari lima negara, termasuk Indonesia. Menurutnya, konferensi didahului dengan dua kegiatan workshop yang masing-masing diselenggarakan di Pusat Layanan Akademik (PLA) lantai 3 dan di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY.

Adapun pembicara dalam diskusi panel yakni Anita Lie (Indonesia), Anthony J Liddicoat (Inggris), Diane Teddick (Amerika Serikat), Guangwei Hu (Singapura), Herbert Puchta (Austria), Paul Nation (New Zealand), Roslyn Appleby (Australia), dan lainnya.

Selain itu, terdapat sembilan ‘featured speakers’ di antaranya Pupung Purnawan (UPI, Indonesia), Mohd Shukri Nordin (The University of Nottingham, Malaysia Campus), Hsinchou Huang (National Taiwan Ocean University, Taiwan), Xuesong/ Andy Gao (The University of Hongkong).

Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Muhammad Dimyati berharap, kegiatan ini dapat menjadi momentum bagi Indonesia dalam menunjukan taringnya di skala global. "Saya yakin Indonesia pasti bisa," kata dia saat menyampaikan keynote speaker mewakili Kemenristekdikti.

Optimismenya itu didasari atas seluruh rekam jejak pengajaran bahasa Inggris di Indonesia baik itu dalam produk riset maupun kegiatan lainya. Dari situ ia melihat bahwa Indonesia memiliki potensi untuk dapat tampil prima dalam kegiatan pengajaran bahasa Inggris di kancah internasional.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement