Rabu 29 Mar 2017 18:13 WIB

210 Peneliti Ikuti Simposium International di Unair

Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.
Foto: Ist
Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sejumlah 210 peneliti dari seluruh Indonesia mengikuti simposium internasional yang digelar Universitas Airlangga (Unair) Surabaya dan Pemerintah Swiss di Surabaya 9-31 April 2017.

Ketua Avian Influenza Research Centre (AIRC) Unair Prof C.A Nidom mengatakan simposium internasional bertajuk "Swiss-Indonesia Vaccine Formulation Symposium" ini digelar sebagai awal dari kerja sama antara Indonesia dan Swiss melalui dua universitas mereka yakni University of Lausanne dan University of Geneva.

"210 peserta ini sebelumnya mendaftar dahulu melalui laman. Setelah itu, dipilih 210 peserta dari 500 lebih dari seluruh perguruan tinggi dan lembaga di Indonesia," kata Nidom yang juga Ketua Proyek Penelitian Vaksin Flu Burung Indonesia, di Surabaya, Jatim, Rabu (29/3).

Nidom menjelaskan, dalam simposium akan diuraikan apa yang sedang dilakukan dan apa yang akan dilakukan para peneliti terutama mengenai penelitian yang akan dikembangkan, yakni pembuatan vaksin untuk flu burung.

"Dari simposium ini, para peneliti perguruan tinggi maupun lembaga diharapkan punya ketertarikan sehingga mereka bisa ikut gabung penelitian. Apakah nantinya akan gabung di sini atau gabung pekerjaan, tapi kita harapkan dari simposium ini Indonesia bisa memimpin untuk penelitian terutama vaksin," ujarnya.

Pembuatan vaksin flu burung, kata dia, sangat diperlukan Indonesia, mengingat masih banyaknya penyakit di Indonesia. Selain itu, pembuatan vaksin ini bisa mencegah adanya vaksin palsu yang belakangan ini beredar.

Selain itu, kerja sama dengan Swiss ini adalah untuk membuat vaksin flu burung yang terbaik untuk Indonesia maupun dunia yang disiapkan jika sewaktu-waktu ada wabah flu burung besar-besaran. "Sekarang memang belum ada, namun kami tetap khawatir akan adanya flu burung yang belum habis," tuturnya.

Perwakilan dari Universitas of Lausanne Swiss Nicolas Collin PhD mengatakan senang bisa bekerja sama dengan Unair terutama dengan AIRC. Dia menjelaskan, kerja sama ini sudah diawali pada tahun 2014, namun hanya dalam skala kecil.

"Dengan kerja sama ini saya harap akan ada sebuah vaksin yang baik untuk menanggulangi isu-isu global terutama flu burung dan mungkin juga ebola," kata dia.

Dia menjelaskan, penelitian nantinya tidak akan terpusat hanya satu negara saja. Peneliti dari kedua negara akan saling mengunjungi, baik dari Swiss ataupun dari Unair akan saling bergantian melakukan riset. "Walau penelitian dikerjakan di dua negara, namun Swiss akan membangun laboratorium di Unair sebagai bentuk komitmen kerja sama," ujarnya.

Kerja sama penelitian ini dibiayai Pemerintah Swiss melalui Swiss Science National Foundation (FNSNF) dengan total pembiayaan antara Rp 8-9 miliar.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement