Ahad 26 Feb 2017 16:58 WIB

Dua Menteri dan Sederet Tokoh Bangsa Hadiri Wisuda Ke-83 UMM

Menteri dan tokoh bangsa menghadiri wisuda ke-83 UMM.
Foto: Dokumen
Menteri dan tokoh bangsa menghadiri wisuda ke-83 UMM.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Perhelatan wisuda ke-83 periode I tahun 2017 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) terbilang istimewa. Pasalnya sejumlah tokoh bangsa hadir dalam gelaran yang mengukuhkan 947 wisudawan dari program diploma, sarjana, dan pascasarjana ini. 

Di antaranya Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Dr (HC) Susi Pujiastuti untuk memberikan orasi. Selain Susi, wisuda juga dihadiri Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Muhadjir Effendy, anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) yang juga ketua Badan Pembina Harian (BPH) UMM, Prof Malik Fadjar, CEO CT Group Dr (HC) Chairul Tanjung, serta Komisaris Utama Bank Mega Syariah,  Prof Mohammad Nuh yang merupakan mantan Menteri Pendidikan.

Dalam orasi ilmiahnya, Susi menyampaikan, kedaulatan ekonomi kelautan adalah harga mati bagi bangsa Indonesia. Mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo, Susi menegaskan Indonesia tidak boleh lagi memunggungi lautan. 

“Air dan lautan adalah masa depan bangsa Indonesia. Berbicara masa depan itu bukan tentang bicara anak-cucu kita saja, tapi anak dan cucu dari anak-cucu kita. NKRI tidak boleh hilang dalam masa seratus tahun pun,” kata Susi di hadapan para wisudawan dan orang tua wisudawan.

Indonesia yang wilayahnya 2/3 adalah air atau lautan telah mengklaim dirinya sebagai agriculture country. “Kita membangun dengan skenario land base development. Kita lupa bahwa 70 persen wilayah kita adalah air. Perbatasan yang membatasi serta melindungi kedaulan negara kita adalah 99,7 persen juga air,” ujar Susi. 

Karena skenario yang salah dan ide yang tidak sesuai dengan fakta geografis Indonesia, membuat Indonesia jauh tertinggal dalam pembangunan dunia kemaritiman. “Bahkan lebih parah lagi, selama beberapa dekade, ribuan kapal-kapal dari negeri tetangga sehari-harinya melaut dan mengambil ikan serta sumber daya laut Indonesia.  Kita seolah membiarkan,” katanya 

Hasil sensus pada 2003 sampai 2013 menunjukan bahwa angka rumah tangga nelayan Indonesia turun dari sebelumnya 1,6 juta, hanya tinggal menjadi 800 ribu saja. Sehingga jika dipersentasikan pendapatan rumah tangga nelayan hilang 50 persen. “Karena hidup sebagai nelayan, sudah tidak lagi mencukupi atau mendapatkan hasil yang bisa untuk menopang hidup. Karena ikannya makin tidak ada,” jelas Susi, dalam siaran pers. 

Dengan demikian, peran serta ilmuan-ilmuan, tokoh masyarakat termasuk para sarjana untuk melakukan visibility study, bagaimana membuat agar Indonesia sebagai central gravity itu dapat terlaksana. “Tentu kita juga perlu banyak terobosan-terobosan baru,” katanya. 

Sementara itu, pendiri dan pemilik CT Corp Chairul Tanjung memberi kiat sukses menghadapi segala bentuk ketidakpastian yang harus dihadapi para lulusan UMM dalam menghadapi era revolusi 4.0 atau revolusi industri keempat.  Menurutnya, pesatnya kemajuan teknologi dan informasi bisa jadi merupakan salah satu ancaman bagi kemajuan sumber daya manusia Indonesia. 

“Bayangkan, sebentar lagi manusia akan digantikan oleh robot. Pekerja pabrik tidak akan dibutuhkan lagi, karena robot akan menggantikannya. Bahkan peran suami atau istri bisa digantikan oleh robot,” kata Chairul.

Untuk bisa menang dalam persaingan, lanjut Chairul, yang dibutuhkan oleh para lulusan adalah inovasi, kreativitas, dan enterpreneursip. Tanpa ketiganya kita tidak akan menang dalam persaingan,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement