Kamis 09 Jun 2016 23:23 WIB

Mahasiswa Rancang Pompa Perut untuk Pasien Susah Makan

Dokter memeriksa pasien (ilustrasi).
Foto: Republika
Dokter memeriksa pasien (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Empat mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) Surabaya merancang pompa perut untuk memelihara kesehatan pasien yang susah makan (disfagia) supaya meningkatkan ketahanan tubuh terhadap penyakit.

"Kami berhasil merancang sebuah alat pompa perut yang memungkinkan untuk memasukkan asupan nutrisi kepada pasien. Alat itu bernama 'Nasogastric Pump Control'," kata Ketua Tim PKM Karsa Cipta ini, Masunatul Ubudiyah di Surabaya, Kamis (9/6).

Ia mengatakan, berawal dari pasien yang kehilangan reflek menelan asupan nutrisi, "Nasogatric Pump Control" bisa membantu mendapatkan nutrisi untuk tubuhnya.

"Disfagia merupakan obstruksi pada jalannya makanan melalui mulut, faring atau esophagus, dimana penderita mengalami kesulitan menelan yang terkadang disertai rasa nyeri," kata mahasiswa Fakultas Keperawatan.

Bersama dua rekannya dari Fakultas Vokasi, yaitu Mokhammad Dedy Batomi dan Mokhammad Deny Basri serta Dewa Ayu Gita MS dari Fakultas Sains dan Teknologi, keluhan susah makan pada pasien sering muncul sebagai penyakit penyerta dari penyakit lain.

"Biasanya pasien yang susah makan itu dikarenakan penyakit penyerta dari penyakit lain, seperti stroke maupun post operasi usus," tuturnya.

Menurut Dedy, timnya merancang ini menggunakan arduino uno, menginovasi alat "Nasogastric Tubes" (NGT) menjadi sebuah desain prototipe alat canggih yang dilengkapi dengan tiga pilihan mode (nutrisi, observasi dan terapi).

"Rancangan ini belum pernah dikembangkan sebelumnya. Mode nutrisi itu dapat dipilih bagi pasien disfagia tanpa komplikasi penyakit lain, sehingga nutrisi diinjeksikan seperti menelan normal," paparnya.

Sementara itu, mode observasi digunakan mengecek dan mengobservasi untuk keperluan diagnosa pada lambung pasien. Terakhir, mode terapi yang dapat diatur waktunya.

"Karena terkait dengan proses absorbsi nutrisi pada usus, sehingga mode ini dikhususkan pada pasien disfagia dengan komplikasi pencernaan lain seperti pasien pasca operasi usus halus," jelasnya.

Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi, Ayu Gita menambahkan, sejak awal proses pembuatan prototype alat ini sudah banyak ditemukan kendala, mulai dari perancangan komponen sampai tahapan akhir programming.

"Namun permasalahan tersebut dapat kami urai satu per satu, sesuai kompetensi kami yang bukan dari satu fakultas, ada dari Fakultas Keperawatan, Vokasi dan Sains Teknologi," ujarnya.

"Nasogastric Pump Control" ini bisa diterapkan dan dikembangkan secara luas di pusat pelayanan kesehatan, mengingat prevalensi penderita disfagia di rumah sakit masih cukup tinggi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement