Senin 23 Nov 2015 19:24 WIB

Unila dan PT CPB Gelar Diskusi Pecegahan Konflik

Universitas Lampung (Unila)
Foto: wikipedia
Universitas Lampung (Unila)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Pusat Kajian Konflik, Center Conflict Resotulion (CJR) FISIP Universitas Negeri Lampung mengadakan diskusi mengenai perdamaian, Jumat (20/11). Bekerja sama dengan PT Central Pertiwi Bahari (CPB), anak perusahaan dari PT Central Proteina Prima (CP Prima), diskusi mengangkat tema “Berbagi Pengalaman: Merawat Nilai-Nilai Kebajikan untuk Perdamaian”.

Komandan Korem 043/Garuda Hitam Kolonel Inf Joko P Putranto menjelaskan, pencegahan konflik, termasuk di Lampung, merupakan tugas bersama. Sebagai narasumber dalam diskusi tersebut,  Joko juga berbagi pengalaman mengatasi konflik dalam masyarakat Lampung. 

“Kegiatan pencegahan konflik ini merupakan bagian dari skala prioritas yang diamanatkan kepada saya ketika mendapat tugas sebagai Komandan Korem 043/Gatam,” ujarnya dalam diskusi yang dihadiri puluhan peserta lintas jurusan tersebut. 

Diskusi juga dihadiri perwakilan PT Central Pertiwi Bahari (CPB), Forum Lintas Agama, Keuskupan Tanjung Karang, Ketua dan Staff Paguyuban Sosial Masyarakat Tionghoa (PSMTI), Pengurus WALUBI, Ketua Sinode GKSBS, Pengurus ISI Lampung, Akademisi dan Mahasiswa dari berbagai perwakilan universitas di Lampung.

Sementara itu, tokoh masyarakat dari Paguyuban Warga Tionghoa (SMTI) Tarmizi Tanjingan menilai kebersamaan di Lampung sejauh ini terjaga dengan baik. Ia juga mengapresiasi keberadaan PT CPB, perusahaan tambak udang terbesar di Indonesia, yang turut aktif mengokohkan kebersamaan di antara petani tambak udang.

“Dengan keberadaan PT CPB, perekonomian masyarakat justru semakin tumbuh dan berkembang dengan baik, oleh karena itu keberadaan perusahaan yang seperti ini harus dijaga dengan baik dan diberi kesempatan untuk tumbuh, berkembang bersama masyarakat,” kata Tarmizi.

Perwakilan dari PT CPB, M Fajar mengatakan pihaknya terus berupaya meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. CPB, lanjutnya, juga tidak akan lepas tangan dalam mencegah kemungkinan konflik yang mungkin terjadi kapan saja.

Seperti diketahui potensi konflik sering kali terjadi di daerah Lampung antara masyarakat lokal dengan masyarakat transmigran. Perbedaan kultur dan budaya menjadi salah satu sebab mereka sedikit sulit hidup bersama dan hal-hal seperti ini yang diantisipasi oleh seluruh stakeholder. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement